kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

IEA Sebut Asia Tenggara Perlu Investasi US$ 190 Miliar Untuk Energi Terbarukan


Selasa, 22 Oktober 2024 / 14:11 WIB
IEA Sebut Asia Tenggara Perlu Investasi US$ 190 Miliar Untuk Energi Terbarukan
ILUSTRASI. Pemerintah Selandia Baru berkomitmen mendampingi Indonesia dalam meningkatkan kontribusi energi panas bumi untuk memenuhi komitmen Indonesia dalam perubahan iklim dan target energi terbarukan melalui sebuah program pembangunan, Indonesia-Aotearoa New Zealand Geothermal Energy Programme/Kerjasama Panas Bumi Indonesia?Aotearoa New Zealand (PINZ).


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Badan Energi Internasional alias International Energy Agency (IEA) menilai Asia Tenggara perlu meningkatkan investasi energi ramah lingkungan hingga US$ 190 miliar atau naik lima kali lipat dari jumlah saat ini pada tahun 2035 untuk mencapai tujuan iklim yang lebih ramah lingkungan. 

"Meningkatkan investasi energi perlu dibarengi dengan strategi untuk mengurangi emisi dari pembangkit listrik tenaga batu bara yang masih relatif baru di kawasan ini," kata IEA dalam sebuah laporan. Ia menambahkan bahwa, ekspansi ekonomi yang cepat diperkirakan menimbulkan tantangan bagi ketahanan energi dan tujuan iklim.

Namun, upaya untuk menutup pembangkit listrik tenaga batu bara di pasar negara berkembang yang didukung oleh negara-negara kaya di Barat, mengalami penundaan setelah tenggat waktu pada Juli berlalu tanpa adanya kesepakatan mengenai penutupan awal proyek percontohan di Indonesia.

Baca Juga: Harga Minyak Acuan Ditutup Menguat Hampir 2% Usai Anjlok 7% di Pekan Lalu

Permintaan listrik di Asia Tenggara diperkirakan akan tumbuh sebesar 4% per tahun di tahun-tahun mendatang. Dimana menurut data IEA, sumber energi ramah lingkungan seperti angin dan matahari, bioenergi modern dan tenaga panas bumi akan berkontribusi lebih dari sepertiga pertumbuhan energi sejalan dengan permintaan di kawasan ini pada tahun 2035.

Namun, hal ini tidak akan cukup untuk mengendalikan emisi karbon dioksida (CO2) yang terkait dengan energi, yang diperkirakan akan meningkat sebesar 35% antara saat ini dan pertengahan abad ini. “Teknologi energi ramah lingkungan tidak berkembang cukup cepat dan ketergantungan yang tinggi terhadap impor bahan bakar fosil membuat negara-negara sangat rentan terhadap risiko di masa depan,” kata Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol.

Kawasan ini secara keseluruhan hanya menarik 2% dari investasi energi bersih global meskipun menyumbang 6% PDB global, 5% permintaan energi global, dan menjadi rumah bagi 9% populasi dunia.

IEA menyebut, untuk memperluas dan memodernisasi jaringan listrik di kawasan ini perlu mendukung penggunaan energi terbarukan yang lebih besar akan membutuhkan investasi tahunan yang meningkat dua kali lipat hingga hampir US$ 30 miliar pada tahun 2035.

Baca Juga: IEA Prediksi Pasokan Minyak Surplus, Permintaan China akan Tetap Lemah di 2025



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×