kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.915.000   44.000   2,35%
  • USD/IDR 16.400   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.142   47,86   0,67%
  • KOMPAS100 1.041   10,44   1,01%
  • LQ45 812   9,62   1,20%
  • ISSI 224   0,88   0,39%
  • IDX30 424   4,46   1,06%
  • IDXHIDIV20 504   1,88   0,37%
  • IDX80 117   1,34   1,15%
  • IDXV30 119   0,16   0,14%
  • IDXQ30 139   1,43   1,04%

IMF pangkas pertumbuhan ekonomi global 3,1%


Kamis, 08 Oktober 2015 / 12:43 WIB
IMF pangkas pertumbuhan ekonomi global 3,1%


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Yudho Winarto

LIMA. Tanda-tanda ekonomi dunia semakin melesu semakin kuat. Setelah Bank Dunia menggunting proyeksi pertumbuhan ekonomi global, kini giliran Dana Moneter Internasional alias International Monetary Fund (IMF) melakukan hal serupa.

IMF menggunting pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini menjadi 3,1% dari sebelumnya 3,3%. Anjloknya harga komoditas dan kelesuan ekonomi China berdampak negatif bagi negara berkembang. Pelemahan nilai tukar dan biaya pinjaman yang membengkak juga menghambat laju pertumbuhan ekonomi negara dunia ketiga.

Prospek pertumbuhan ekonomi negara berkembang pun turun diturunkan menjadi 4% dari semula 4,2% di tahun ini.  "Risiko penurunan ekonomi dunia tampak lebih jelas daripada yang terlihat pada beberapa bulan lalu," ujar Maurice Obstfeld, Kepala Ekonom IMF yang baru dalam pengantar laporan World Economic Outlook seperti dikutip The Wall Street Journal.

Penurunan tajam permintaan China menjadi momok bagi pasar komoditas global. Maklum, banyak negara menggantungkan ekspor ke China untuk merangsang pertumbuhan. Dus, banyak ekonom yang memprediksi harga logam dan energi sulit terkerek naik.

Investor global juga semakin khawatir dengan gelembung kredit di industri real estate, konstruksi dan manufaktur. IMF meramalkan, ekonomi China pada tahun depan hanya tumbuh 6,3% atau lebih rendah dari proyeksi tahun ini yakni 6,8%.

Menurut Obstfeld, kebanyakan negara berkembang terlalu menikmati laba dari booming China tanpa mengubah arah ekonomi mereka supaya lebih kompetitif, inovatif, efisien dan beragam.

Ditambah lagi, tak sedikit perusahaan yang ingin meningkatkan kapasitas produksi dengan dana pinjaman dalam bentuk dollar AS. Kenaikan suku bunga AS dipastikan bakal menekan neraca keuangan perusahaan.

IMF mengingatkan negara berkembang tentang gelombang gagal bayar utang korporasi karena biaya pinjaman membengkak hingga 30%. Salah satu contoh negara yang terlalu bergantung kepada China tanpa merombak ekonominya adalah Brasil.

Saat ini, banyak perusahaan Brasil terjerat utang dollar AS. Makanya, pertumbuhan ekonomi negara di Amerika Latin ini diturunkan menjadi minus 3% pada tahun ini.




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×