Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Tekanan pada industri properti China tampaknya bakal mereda. Selain karena didukung oleh berbagai insentif yang diberikan pemerintah, pengembang yang diambang bangkrut juga mulai bisa menyelesaikan utangnya.
China Evergrande Group telah mencapai kesepakatan dengan restrukturisasi obligasi luar negerinya dengan para kreditur utama. Kesepakatan tersebut akan jadi landasan menuju perbaikan utang pengembang ini.
Menurut pengajuan perusahaan ke Bursa Hong Kong, dilansir Bloomberg, Selasa (4/4), anggota kelompok ad-hoc investor pemegang obligasi luar negeri Evergrande telah meneken tiga penjanjian dukungan restrukturisasi.
Kreditur akan menerima biaya persetujuan sebesar 0,25% dari outstanding utang jika mereka menyetujui proposal pada 27 April pukul 05.00 waktu Hong Kong.
China Evergrande telah mengajukan proposal restrukturisasi obligasinya pada akhir Maret lalu dan mendapat dukungan dari kelompok investor. Kemajuan ini membuat sidang berikutnya bisa ditunda hingga 31 Juli.
Pengembang ini mengatakan bahwa perdagangan sahamnya masih akan tetap ditangguhkan hingga ada pemberitahuan lebih lanjut.
Evergrande tercatat sebagai pengembang dengan jumlah utang paling banyak di dunia yakni mencapai US$ 300 miliar. Adapun utang obligasi luar negerinya mencapai US$ 22,7 miliar.
Evergrande telah menjadi pusat krisis utang sektor properti di China. Kesepakatan proposal restrukturisasi ini bisa menjadi referensi bagi pengembang China lainnya yang sedang berusaha memperbaiki beban leverage mereka.
Dalam proposal restrukturisasi itu, Evergrande menawarkan dua pilihan pada pemegang obligasi, yakni menukar semua kepemilikan dengan obligasi baru dengan tenor 10-12 tahun, atau menukarnya menjadi kombinasi antara obligasi baru tenor 5-9 tahun dengan instrumen saham.Perusahaan juga menetapkan tenggat waktu restrukturisasi itu berlaku pada Desember mendatang.
Penjualan Rumah Meningkat
Di sisi lain, penjualan rumah baru China pada Maret tercatat meningkat tajam hingga 55,7% dibanding bulan sebelumnya. Ini didorong sejumlah kebijakan pemerintah untuk mengerek permintaan rumah baru di 14 kota.
Berdasarkan data China Index Academy, penjualan rumah baru di kota- kota tingkat satu, termasung Beijing dan Shanghai, meningkat paling kencang yakni 73%. Sedangkan penjualan di kota-kota tingkat dua dan tingkat tiga masing-masing tumbuh 54,7% dan 28,6%.
Data ini akan menjadi berita baik bagi sektor properti. Sektor ini pernah menjadi pilar pertumbuhan ekonomi China, tetapi dihantam oleh beberapa krisis sejak pertengahan 2021, termasuk gagal bayar utang pengembang dan terhentinya pembangunan proyek-proyek perumahan yang sudah terjual.
Para pembuat kebijakan di negara ini telah memperkenalkan paket bailout yang komprehensif pada akhir tahun lalu untuk mendorong penjualan dan memungkinkan penyelesaian proyek, yang membantu meningkatkan sentimen.
Pemerintah daerah juga terus melonggarkan pembatasan properti atau meluncurkan kebijakan stimulus untuk meningkatkan sentimen pembeli rumah baru. Kota Xiamen di tenggara melonggarkan pembatasan pembelian rumah, memungkinkan lebih banyak penduduk untuk membeli properti. Adapun, harga rumah baru di 100 kota di China naik dengan laju tercepat dalam sembilan bulan terakhir di bulan Maret.