kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Infeksi Virus Corona bisa menyebabkan kerusakan paru-paru yang tak mudah terdeteksi


Sabtu, 12 Desember 2020 / 08:15 WIB
Infeksi Virus Corona bisa menyebabkan kerusakan paru-paru yang tak mudah terdeteksi


Penulis: Belladina Biananda

KONTAN.CO.ID -  Sudah banyak studi yang menunjukkan bahwa dampak infeksi Virus Corona tak boleh disepelekan. Studi lain menunjukkan bahwa paru-paru bisa rusak akibat Covid-19, tapi tak bisa dideteksi dengan mudah memakai pemindai biasa.

Mengutip dari The Hindu Business Line, studi tersebut dilakukan oleh para peneliti Universitas Oxford. Para peneliti menggunakan teknik pemindai baru untuk melihat kelainan paru-paru tersembunyi yang disebabkan oleh infeksi virus corona.

Penelitian dilakukan dengan mengamati perubahan paru-paru pasien Covid-19 selama tiga bulan setelah terinfeksi virus corona. Para peneliti mengatakan, kerusakan biasanya tak terdeteksi dengan pemindaian biasa.

Pemindaian terbaru yang digunakan peneliti melibatkan scan MRI yang memakai gas xenon untuk menghasilkan gambar kerusakan paru-paru yang jernih. Pasien yang terlibat penelitian perlu menghidrup gas xenon selama scan MRI berlangsung.

Baca Juga: Penelitian sebut virus corona bisa menyerang otak melalui hidung

Ilustrasi foto rontgen paru-paru

Menambah cakupan studi

Sebelumnya, teknik tersebut dikembangkan oleh para peneliti dari Universitu of Sheffield di Inggris. Penelitian itu dipimpin oleh seorang profesor Fisika Resonansi Magnetik bernama Jim Wild.

Penelitian tersebut melibatkan 10 pasien terinfeksi virus corona yang berusia 19 hingga 69 tahun. Sebanyak 8 dari 10 pasien yang terlibat mengalami sesak napas dan kelelahan setelah tiga bulan terinfeksi virus corona.

Meski demikian, mereka tidak mendapat perawatan ICU atau ventilator dan tidak ditemukan kerusakan paru-paru apa pun saat dipindai menggunan alat scan kesehatan biasa.

Kerusakan paru-paru terlihat dengan alat scan baru di mana udara tak mengalir ke darah secara lancar. Melansir The Hindu Business Line, hal itu bisa jadi salah satu faktor mengapa seseorang mengalami Covid-19 yang lama, meski tak menunjukkan gangguan kesehatan apa pun.

Baca Juga: Studi di Singapura mempelajari efek Covid-19 pada ibu dan janin, apa hasilnya?

Para peneliti sekarang berusaha untuk menambah cakupan studi dengan melibatkan 100 orang yang terinfeksi virus corona, tapi tak dirawat di rumahsakit dan tidak menunjukkan gejala yang serius.

Para peneliti ingin mengetahui lebih jelas, bagaimana kerusakan paru-paru terjadi dan seberapa lama durasinya.

Peneliti lain Dr. Shelley Hayles menyebutkan, hingga 10% pasien Covid-19 mungkin memiliki kerusakan paru-paru yang dapat menyebabkan gejala berkepanjangan.

Karena dampaknya yang luar biasa, masyarakat diimbau untuk terus menerapkan protokol kesehatan secara disiplin.

Selanjutnya: Virus corona sudah menelan nyawa 1,5 juta warga dunia



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×