Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data resmi pada Jumat (19/9) menunjukkan indeks harga konsumen inti (CPI) Jepang naik 2,7% secara tahunan pada Agustus 2025.
Angka ini masih berada di atas target inflasi 2% Bank of Japan (BOJ), namun menjadi laju kenaikan paling lambat dalam sembilan bulan terakhir.
Pelemahan inflasi ini memberi sedikit ruang bernapas bagi rumah tangga Jepang, yang selama beberapa tahun terakhir terbebani oleh kenaikan biaya hidup.
Inflasi Sesuai Perkiraan Pasar
Kenaikan CPI inti, yang mengecualikan harga pangan segar tetapi mencakup biaya energi, sesuai dengan perkiraan median pasar. Angka tersebut juga melambat dari 3,1% pada Juli.
Baca Juga: Nikkei 225 Cetak Rekor Dua Hari Beruntun, Inflasi Jepang Mendingin
Sementara itu, indeks yang lebih ketat—menghapus harga pangan segar dan energi, yang sering dipantau BOJ sebagai indikator tren inflasi mendasar—naik 3,3% pada Agustus, sedikit turun dari 3,4% di Juli.
Dampak Terhadap Kebijakan BOJ
Data inflasi ini menjadi pertimbangan utama dalam rapat dua hari BOJ yang berakhir pada Jumat. Pasar secara luas memperkirakan suku bunga acuan tetap dipertahankan di 0,5%, setelah bank sentral tersebut keluar dari program stimulus besar-besaran tahun lalu dan mulai menaikkan suku bunga pada Januari 2025.
Baca Juga: BOJ Diprediksi Tahan Suku Bunga, Waspadai Risiko Tarif AS dan Perlambatan Ekonomi
Meskipun inflasi konsumen telah berada di atas target 2% selama lebih dari tiga tahun, Gubernur BOJ Kazuo Ueda menegaskan perlunya sikap hati-hati dalam melakukan kenaikan suku bunga berikutnya, terutama mengingat ketidakpastian dampak tarif impor AS terhadap ekonomi Jepang.
Berdasarkan proyeksi yang dikeluarkan Juli lalu, BOJ memperkirakan tekanan harga akibat kenaikan harga beras dan biaya impor akan mulai mereda. Sebagai gantinya, inflasi diprediksi lebih didorong oleh konsumsi domestik yang solid serta pertumbuhan upah.