kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.461.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.130   40,00   0,26%
  • IDX 7.697   -47,60   -0,61%
  • KOMPAS100 1.196   -13,16   -1,09%
  • LQ45 960   -10,60   -1,09%
  • ISSI 231   -1,75   -0,75%
  • IDX30 493   -3,97   -0,80%
  • IDXHIDIV20 592   -5,69   -0,95%
  • IDX80 136   -1,30   -0,95%
  • IDXV30 143   0,32   0,23%
  • IDXQ30 164   -1,28   -0,77%

Inflasi Jepang Melambat, Menahan Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga Bank of Japan


Jumat, 21 Juni 2024 / 10:42 WIB
Inflasi Jepang Melambat, Menahan Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga Bank of Japan
ILUSTRASI. Inflasi inti Jepang meningkat pada Mei karena pungutan energi, tetapi inflasi di luar efek bahan bakar melambat. REUTERS/Toru Hanai


Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Inflasi inti Jepang meningkat pada Mei karena pungutan energi, tetapi inflasi di luar efek bahan bakar melambat selama sembilan bulan berturut-turut, menurut data yang dirilis Jumat (21/6). Kondisi ini mempersulit keputusan bank sentral mengenai rencana untuk menaikkan suku bunga. 

Mengutip Reuters, Jumat (21/6), perlambatan inflasi menimbulkan keraguan terhadap pandangan Bank of Japan bahwa kenaikan upah akan mendukung konsumsi dan menjaga inflasi untuk mencapai target yang dietetapkan sebesar 2%.

Data pemerintah menunjukkan, indeks harga konsumen inti (CPI), yang tidak termasuk makanan segar yang bergejolak, naik 2,5% pada bulan Mei dibandingkan tahun sebelumnya, dan meningkat dari 2,2% pada bulan sebelumnya yang sebagian besar disebabkan oleh kenaikan retribusi energi terbarukan. 

Baca Juga: Bank of Japan Kemungkinan akan Naikkan Suku Bunga Pada Juli, Tergantung Data

Angka tersebut kira-kira sejalan dengan perkiraan median pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 2,6%.

Namun inflasi yang yang tidak mencakup makanan segar dan bahan bakar melambat menjadi 2,1% di bulan Mei dari 2,4% di bulan April, menandai kenaikan tahunan terendah sejak September 2022.

Inflasi jasa sektor swasta melambat menjadi 2,2% di bulan Mei dari 2,4% di bulan sebelumnya, menunjukkan bahwa perusahaan tetap berhati-hati dalam membebankan biaya tenaga kerja.

“Bank of Japan berargumentasi bahwa kenaikan gaji yang besar yang disepakati dalam negosiasi upah musim semi tahun ini pada akhirnya akan memberikan dorongan terhadap inflasi jasa, namun sejauh ini hanya ada sedikit bukti bahwa hal tersebut akan terjadi,” kata Marcel Thieliant, head of Asia-Pacific di Capital Economics.

Kenaikan baru harga minyak mentah dan kenaikan biaya impor akibat melemahnya yen mengacaukan prospek inflasi.

Analis memperkirakan CPI inti akan meningkat mendekati 3% pada akhir bulan ini karena kenaikan biaya bahan baku. Namun tekanan tersebut dapat menurunkan konsumsi dan membuat perusahaan enggan menaikkan harga, sehingga menghambat upaya BOJ untuk menjaga inflasi yang didorong oleh permintaan agar tetap berada di kisaran target 2%.

“Pertumbuhan upah riil masih lemah di Jepang dan tidak ada data yang mengkonfirmasi bahwa inflasi yang didorong oleh permintaan semakin cepat,” kata Takeshi Minami, kepala ekonom di Norinchukin Research.

“BOJ kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga lagi setidaknya hingga Oktober-Desember tahun ini,” ujarnya.

Baca Juga: BOJ Bakal Mengurangi Pembelian Obligasi

BOJ menghentikan suku bunga negatif dan pengendalian imbal hasil obligasi pada bulan Maret sebagai sebuah perubahan penting dari program stimulus radikal yang telah berlangsung selama satu dekade.

Dengan inflasi yang melebihi target 2% selama dua tahun, pemerintah juga tidak memberikan petunjuk bahwa mereka akan menaikkan suku bunga jangka pendek ke tingkat yang tidak akan mendinginkan atau memanaskan perekonomian, yang menurut para analis berkisar antara 1-2%.

Banyak ekonom memperkirakan BOJ akan menaikkan suku bunga menjadi 0,25% tahun ini, meskipun mereka berbeda pendapat mengenai apakah hal itu akan dilakukan pada bulan Juli atau akhir tahun ini.

Gubernur BOJ Kazuo Ueda mengatakan bank sentral akan menaikkan suku bunga jika bank sentral lebih yakin bahwa inflasi akan mencapai 2% dalam jangka waktu lama didukung oleh permintaan domestik yang kuat dan upah yang lebih tinggi.

Tanda-tanda lemahnya konsumsi baru-baru ini masih menjadi kekhawatiran. Perekonomian Jepang mengalami kontraksi pada kuartal pertama yang sebagian disebabkan oleh penurunan konsumsi sebesar 0,7% karena kenaikan biaya hidup membuat rumah tangga enggan meningkatkan pengeluaran.




TERBARU
Kontan Academy
Sales Mastery [Mau Omzet Anda Naik? Ikuti Ini!] Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×