Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - LONDON. Keputusan OPEC+ untuk memangkas produksi minyak mulai bulan depan berisiko membawa ekonomi global ke dalam resesi. Selain itu, harga minyak mentah yang lebih tinggi akan meningkatkan risiko keamanan energi di seluruh dunia.
Peringatan tersebut dikeluarkan oleh Badan Energi Internasional (IEA).
Mengutip Reuters, kebijakan yang diputuskan pada minggu lalu oleh kartel minyak, yang dipimpin oleh Arab Saudi dan sekutunya (termasuk Rusia), untuk memangkas target produksi mereka sebesar 2 juta barel per hari telah bergema di seluruh dunia.
AS menuduh Arab Saudi bersekutu dengan Rusia untuk menaikkan harga minyak pada saat sebagian besar dunia sedang berjuang untuk mengelola kenaikan inflasi.
IEA yang berbasis di Paris, yang memberi nasihat kepada anggota termasuk AS, Inggris, dan Jerman tentang kebijakan energi, mengatakan pemotongan yang direncanakan telah mengurangi permintaan minyak global.
"Rencana blok OPEC+ untuk secara tajam membatasi pasokan minyak ke pasar telah menggelincirkan lintasan pertumbuhan pasokan minyak sepanjang sisa tahun ini dan berikutnya, dengan tingkat harga yang lebih tinggi yang memperburuk volatilitas pasar dan meningkatkan kekhawatiran keamanan energi," kata badan tersebut pada Kamis (13/10/2022) dalam laporan minyak bulanannya.
Baca Juga: Lagi, OPEC Pangkas Outlook Pertumbuhan Permintaan Minyak Imbas Perlambatan Ekonomi
"Dengan tekanan inflasi yang tak henti-hentinya dan kenaikan suku bunga, harga minyak yang lebih tinggi dapat membawa titik kritis bagi ekonomi global yang sudah di ambang resesi," tambahnya.
Peringatan itu muncul setelah IMF pada minggu ini menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi dunia untuk tahun 2023 menjadi 2,7%. Ini merupakan perkiraan pertumbuhan tahunan terendah sejak 2001. IMF juga memperkirakan bahwa tahun depan bisa terasa seperti resesi di sebagian besar dunia.
IEA juga bilang, permintaan minyak dalam tiga bulan terakhir tahun ini diperkirakan turun 340.000 b/d dibandingkan dengan tahun lalu. Badan tersebut memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan untuk 2023 sebesar 470.000 b/d menjadi 1,7 juta b/d.
Tetapi bahkan dengan permintaan global yang lebih rendah, “pemotongan besar-besaran” dalam pasokan minyak OPEC+ akan “secara tajam mengurangi” kemampuan dunia untuk mengisi kembali stok selama sisa tahun ini dan paruh pertama 2023, tambahnya.
Pada akhir Agustus, cadangan minyak OECD hanya sebanyak 243 juta barel, lebih rendah dari rata-rata lima tahun mereka di 2,7 miliar barel.
Baca Juga: OPEC+ Pangkas Produksi Minyak, Biden: Akan Ada Konsekuensi Hubungan AS dan Arab Saudi