Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
LONDON. Industri keuangan Inggris berpotensi kehilangan pendapatan cukup besar karena pembatasan akses berbisnis di sektor jasa keuangan di Benua Biru akibat keputusan keluar dari keanggotaan di Uni Eropa atau biasa disebut British Exit (Brexit).
Laporan yang dipublikasikan Financial Industry Group menyebut, akibat pembatasan tersebut, Inggris berpotensi kehilangan pendapatan sebesar £ 38 miliar atau setara US$ 48,34 miliar.
Perusahaan asal Inggris kini tak leluasa lagi menjual jasa keuangan semisal di bidang perbankan, manager investasi, asuransi serta investment bank. Tentu hal ini tak hanya membawa konsekuensi dari hilangnya potensi pendapatan.
Perusahaan penasihat investasi internasional, Oliver Wyman bahkan menyatakan, hal tersebut akan diikuti pemutusan hubungan kerja (PHK) masal. Berdasarkan hitungan Oliver Wyman, seperti diberitakan Reuters, Selasa (4/10), setidaknya 75.000 tenaga kerja bakal kehilangan mata pencahariannya.
Sektor jasa keuangan Inggris selama ini memberikan kontribusi pendapatan sebanyak £ 190 miliar hingga £ 205 miliar per tahun. Sebanyak 1,1 juta orang memperoleh penghasilan dari bisnis jasa keuangan Inggris tersebut.
Adapun kontribusi pajak dari industri jasa keuangan tersebut, tulis laporan Oliver Wyman, mencapai 60%–67% dari total penerimaan pajak di Inggris.
Dua skenario
Dalam laporannya, Oliver Wyman menyebut, ada dua skenario akibat Brexit pada industri jasa keuangan Inggris. Skenario pertama, Inggris akan kehilangan pendapatan sebanyak £ 32 miliar hingga £ 38 miliar per tahun. Sebanyak 65.000-75.000 orang akan kehilangan pekerjaan.
Skenario kedua, jika Inggris tetap bisa mempertahankan akses ke pasar Eropa, maka jumlah PHK yang mungkin terjadi diprediksi hanya sebanyak 4.000 orang. Adapun potensi pendapatan yang bisa hilang diperkirakan cuma sebanyak £ 2 miliar.
Hector Sants, Wakil Ketua Oliver Wyman yang juga mantan bos lembaga otoritas keuangan Inggris mengatakan, banyak kalangan berharap negoisasi Inggris dan Uni Eropa pasca Brexit akan memunculkan kesepakatan yang menguntungkan bagi kedua belah pihak.
"Penyelesaian yang baik akan menyebabkan gangguan yang minim, bagi industri, dan bermanfaat bagi nasabah," ujar Sants.