Sumber: Bloomberg BusinessWeek | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
LONDON. Saat investor global baru saja sedikit bernafas lega tentang kondisi ekonomi Eropa, ada ancaman baru yang muncul. Yakni, guncangan politik di Spanyol dan Italia yang dapat kembali menggoyang perekonomian Benua Biru itu.
Di Spanyol, guncangan politik disebabkan oleh aksi unjuk rasa yang mendesak agar Perdana Menteri Mariano Rajoy untuk mengundurkan diri setelah beredar kabar dirinya menerima suap ilegal dari dana partai politik. Rajoy sendiri sudah membantah hal tersebut.
Meski demikian, hasil polling terbaru menunjukkan, mayoritas voter menginginkan untuk segera dilakukan pemilihan umum. "Dinamika politik di Spanyol semakin memburuk. Pemilu akan menjadi kejutan hebat bagi pasar," jelas strategist Commerzbank Michael Leister di London.
Kondisi itu juga menyebabkan tingkat yield dari surat utang Spanyol melonjak ke level tertinggi dalam tujuh pekan.
Sementara, di Italia, tingkat yield juga semakin tinggi. Lonjakan yield tersebut terjadi setelah hasil jajak pendapat menunjukkan suara untuk mantan Perdana Menteri Silvio Berlusconi hampir menyamai pesaingnya yang tersangkut skandal trading derivatif. Apalagi, pemilu Italia akan dihelat dalam waktu kurang dari sebulan, yaitu 24-25 Februari 2013.
"Risiko politik sepertinya akan mempengaruhi pergerakan pasar dalam beberapa pekan ke depan," jelas Francis Yared, head of European rates strategy Deutsche Bank di London.
Adanya guncangan politik tersebut dikhawatirkan akan kembali menyeret ekonomi Eropa ke jurang resesi karena ekonomi Eropa memang masih rentan akibat krisis utang. Apalagi, Spanyol dan Italia merupakan negara dengan perekonomian ketiga dan keempat terbesar di Eropa.
Sebenarnya, guncangan ekonomi di Eropa memang mulai berkurang belakangan. Saat Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi berjanji untuk membeli obligasi dengan nilai tak terbatas, pemerintah Rajoy di Spanyol dan Monti di Italia memberlakukan kebijakan tidak populer seperti penghematan anggaran dan reformasi struktural. Pada akhirnya, ECB tidak harus membeli utang kedua negara kerena investor mulai kembali tertarik dan biaya pinjaman jatuh kembali ke level yang terjangkau.
Namun, kecemasan mengenai ekonomi Eropa kembali menghantui saat Spanyol digemparkan dengan artikel di harian El Pais yang menyebut bahwa Rajoy menerima lebih dari 277.000 euro atau US$ 375.000 dari badan dana rahasia People's Party.
Kondisi ini menyebabkan dukungan terhadap Rajoy melorot dengan sangat cepat. Pada jajak pendapat yang dihelat 3 Februari lalu, dukungan terhadap Rajoy hanya bersisa 23,9%. Sementara, 77% lainnya tidak setuju Rajoy menjadi pemimpin negara. Sedangkan 54% responden menyerukan untuk segera diadakan pemilu.
Sedangkan skandal di Italia terkait dengan mantan manajer Monte dei Paschi di Siena melakukan kontrak derivatif rahasia untuk menyembunyikan kerugian transaksi swap sebelumnya dengan nilai ratusan juta euro. Tidak ada bukti bahwa pejabat pemerintah mengambil bagian dalam aksi ini, tetapi mantan pemerintah Monti menyetujui bailout wajib pajak dari bank, yang memiliki hubungan dekat dengan Partai Demokrat Kiri yang dipimpin oleh Pier Luigi Bersani.
Skandal tersebut dimanfaatkan oleh kubu mantan Perdana Menteri Berlusconi dengan menampilkan iklan yang berhubungan dengan pajak properti tidak populer. Hasil polling sementara menunjukkan, Berlusconi unggul sekitar 5-6% dari Bersani seiring janjinya untuk menarik kembali kenaikan pajak dan kebijakan penghematan lain yang dijalankan di bawah pemerintahan Monti.
Warga Italia sepertinya sudah lelah dengan kebijakan penghematan, seiring dengan ekonomi mereka yang masih mengalami resesi dan diprediksi turun 1% tahun ini.