Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Investasi emas menjadi tren baru di kalangan masyarakat Jepang. Para investor mencari aset aman di tengah ancaman turbulensi ekonomi akibat kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump.
Meningkatnya popularitas emas tentu membuat harga emas di Jepang melonjak. Melansir Kyodo, harga acuan emas yang ditetapkan oleh Tanaka Precious Metal Technologies Co. Tokyo mencapai titik tertinggi sepanjang masa dalam yen pada tanggal 22 April, melampaui 17.000 yen atau sekitar Rp 1.907.927.
Nilai tersebut melonjak sekitar 15% dalam tiga bulan sejak Trump menjabat pada tanggal 20 Januari.
Di Tanaka Precious Metal, jumlah orang yang membeli emas batangan dan koin meningkat. Jumlah anggotanya yang berinvestasi dalam emas murni dengan nilai bulanan tetap meningkat 26% dalam periode Januari-April dari tahun sebelumnya.
Baca Juga: 5 Miliarder Dunia dengan Simpanan Emas Terbesar, Termasuk George Soros
Sejalan dengan itu, produk yang terkait dengan pergerakan harga emas juga menjadi populer di kalangan dana investasi yang dicakup oleh program pembebasan pajak Jepang untuk investor swasta, yang dikenal sebagai NISA.
Aksesori emas bekas juga semakin populer. Di perusahaan penjual barang mewah bekas terkemuka Komehyo Co., penjualan produk emas termasuk aksesori pada bulan Maret naik 30% dari tahun sebelumnya.
Salah satu penyedia emas populer di Jepang adalah Mitsubishi UFJ. Arus masuk ke dana emas murni perusahaan tersebut berjumlah sekitar 19,2 miliar yen pada bulan Maret, naik sekitar 2,6 kali lipat dari Desember lalu.
Baca Juga: 10 Negara Pemilik Emas Terbanyak di Dunia Tahun 2025
Meski berhubungan sangat dekat sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua, Trump tetap mengenakan tarif tambahan untuk Jepang.
Mengutip Reuters, Jepang menghadapi pungutan sebesar 25% terhadap ekspor otomotif yang penting secara ekonomi ke AS, serta tarif timbal balik sebesar 24% terhadap barang-barang Jepang lainnya.
Perdana Menteri Jepang , Shigeru Ishiba, pada hari Minggu (11/5) menegaskan dirinya akan berupaya menghapus semua tarif dalam negosiasi perdagangan dengan AS.
"Tarif impor mobil yang tinggi akan membuat mobil lebih mahal bagi konsumen AS. Demi ekonomi Amerika juga, bukankah tarif tersebut seharusnya diturunkan?," kata Ishiba.
Dalam program pagi di Fuji TV, Ishiba mengatakan bahwa diskusi-diskusi telah berangsur-angsur menemui titik temu. Dirinya juga memastikan bahwa hubungannya dengan Trump tetap sangat baik.
Tonton: Kabar Baik! 2 Hari Berunding, AS-Tiongkok Capai Kesepakatan Perdagangan