CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.926   -32,00   -0,20%
  • IDX 7.137   -77,78   -1,08%
  • KOMPAS100 1.092   -10,78   -0,98%
  • LQ45 871   -4,94   -0,56%
  • ISSI 215   -3,31   -1,52%
  • IDX30 446   -2,03   -0,45%
  • IDXHIDIV20 539   -0,53   -0,10%
  • IDX80 125   -1,22   -0,96%
  • IDXV30 135   -0,43   -0,32%
  • IDXQ30 149   -0,44   -0,29%

Investasi Perusahaan Asal China di Australia Anjlok Pada 2023


Senin, 08 April 2024 / 11:56 WIB
Investasi Perusahaan Asal China di Australia Anjlok Pada 2023
ILUSTRASI. FILE PHOTO: An Australia dollar note is seen in this illustration photo June 1, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo


Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan

KONTAN.CO.ID -SYDNEY. Investasi perusahaan swasta dan badan usaha milik negara (BUMN) asal China ke Australia merosot tajam di sepanjang tahun 2023.

Mengutip laporan Bloomberg, Senin (8/4), hasil survey KPMG dan Universitas Sydney mencatat, investasi korporasi asal China ke Australia anjlok ke level terendah dalam 18 tahun terakhir pada 2023.

KPMG memperkirakan, investasi langsung China Ke Australia turun 37% secara tahunan menjadi US$ 892 juta atau sekitar Rp 14,13 triliun.

Baca Juga: Outlook Kebijakan Suku Bunga Global    

Sebaliknya, investasi keluar global Tiongkok melonjak pada 2023, didorong oleh proyek-proyek dalam program inisiatif Belt and Road yang dicanangkan Presiden China, Xi Jinping.

Dalam laporannya, Kepala Pasar Asia & Internasional KPMG Doug Ferguson dan China Business Practice partner, Helen Zhi Dent menyebutkan, investasi asing di Australia pada sejumlah sektor industri seperti real estat komersial dan pertambangan mengalami penurunan. 

"Sektor tersebut biasanya menarik investasi dari perusahaan asal China," ungkap laporan tim tesebut.

Dampak kebijakan

Tim memperkirakan, kemungkinan adanya pergeseran investasi Belt and Road Tiongkok dari sektor infrastruktur dan sumber daya ke pengolahan, dapat menjadi pertanda mulai munculnya 'tantangan yang kompetitif' bagi Australia.

Hubungan Australia dan China sempat memburuk di bawah kepemimpinan mantan Perdana Menteri Scott Morrison. Belakangan, hubungan kedua negara membaik setelah terpilihnya Perdana Menteri Anthony Albanese pada Mei 2022.

Baca Juga: Setelah Temui Presiden Xi Jinping, Prabowo Terbang ke Jepang Temui PM Fumio Kishida

Bulan lalu, Tiongkok mencabut tarif hukuman terhadap ekspor anggur Australia, yang menandakan berakhirnya kampanye tekanan perdagangan.

Saat ini China masih bergulat dengan krisis properti yang berkepanjangan dan lemahnya sentimen konsumen di dalam negerinya. Kondisi ini mengaburkan prospek pertumbuhan di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×