kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45902,16   3,41   0.38%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Platform Asal China Membanjiri Iklan Perusahaan Silicon Valley


Jumat, 08 Maret 2024 / 23:05 WIB
Platform Asal China Membanjiri Iklan Perusahaan Silicon Valley
ILUSTRASI. Meta AI logo is seen in this illustration taken September 28, 2023. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - Hubungan China dan Amerika Serikat yang memanas tidak membuat bisnis perusahaan di kedua negara tersebut ikut terbakar. Berdasarkan data, e-commerce asal China justru memilih menghabiskan banyak uang untuk beriklan di layanan yang dimiliki oleh perusahaan teknologi besar di Silicon Valey. Menurut Meta yang menjadi induk Facebook dan Instagram, perusahaan asal China berkontribusi 10% dari pendapatan mereka di sepanjang tahun lalu. 

Aplikasi peritel online asal China menghabiskan banyak uang untuk beriklan di perusahaan teknologi besar di Silicon Valey. Cara ini dilakukan perusahaan asal China untuk memperluas pasar baru. 

Baca Juga: Ini Kata BKPM Soal China Kian Getol Investasi di Indonesia

Meta, perusahaan induk Facebook dan Instagram, seperti dikutip New York Times mengatakan kepada para analis bahwa pengiklan yang berbasis di China menyumbang 10% dari pendapatan. Angka tersebut naik dua kali lipat dibandingkan dua tahun lalu. Menurut data Meta Ad Library, Temu telah menempatkan sekitar 1,4 juta iklan secara global di seluruh layanan Google, dan 26.000 versi iklan berbeda di Meta. 

Bagi perusahaan China, mereka belanja iklan demi bisa mendapat akses ke konsumen yang luas, sementara perusahaan Silicon Valley menghasilkan uang di luar pasar utama. Ledakan belanja iklan ini dipicu ambisi perusahaan rintisan China yang mencoba merambah pasar global. Pasalnya di dalam negeri, ekonomi China tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. 

Tindakan keras pemerintah atas korporasi di China juga menjadi penghambat. Contohnya e-commerce Alibaba dan penyedia layanan transportasi online Didi yang dulunya sukses, kini harus mengikuti aturan. "Ada batasan tingkat pertumbuhan perusahaan di China," kata Andrew Collier, Pendiri Orient Capital di Hong Kong. Xi Jinping lebih senang perusahaan China menghasilkan uang di luar negeri selama mereka mematuhi peraturan di China.

Baca Juga: China Tingkatkan Taktik Perang Zona Abu-Abu untuk Melemahkan Taiwan, Apa Itu?

Namun untuk jadi perusahaan global, korporasi memerlukan pengorbanan. Salah dengan membayar lebih banyak iklan. Temu membuka situs di AS pada September 2022 dan kini tersedia di 50 negara. Temu telah menjadi pengiklan besar, mulai iklan Facebook berbiaya rendah hingga iklan mahal di hajatan, Super Bowl. Bernstein Research memperkirakan Temu menghabiskan US$ 3 miliar untuk iklan di 2023. Temu mengatakan aplikasi ini telah melayani 30 juta pengguna di Amerika Serikat. Menurut Sensor Tower, aplikasi Temu menjadi aplikasi paling banyak diunduh.

Sementara itu, Shein masuk ke pasar AS sekitar tujuh tahun lalu. Perusahaan ini hingga kini terus mengeluarkan uang untuk pemasaran secara agresif. Ada sekitar 80.000 iklan di Google pada tahun lalu dari Shein, termasuk iklan produk yang muncul di hasil pencarian Google. Di Meta, Shein memiliki lebih dari 7.000 iklan.

Tak hanya e-commerce, Instagram juga dibanjiri potongan drama pendek dari China. Setiap episode biasanya berdurasi satu menit, dan jika ingin akses penuh bisa diperoleh dari aplikasi di Reelshort, DramaBox, dan FlexTV. Alih-alih menjual langganan bulanan seperti, Netflix. Aplikasi ini meminta pengguna harus membeli koin yang dapat digunakan untuk membayar setiap episode. Atau penonton mendapatkan koin dengan menonton iklan.

Baca Juga: Investasi China Makin Besar, Ancaman atau Peluang?




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×