/2025/10/08/1216327182.jpg "Investor Prediksi IPO SpaceX Akan Jadi yang ‘Paling Gila’ dalam Sejarah Pasar Saham")
Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - BOSTON/NEW YORK. Para investor menyambut positif laporan bahwa SpaceX tengah mempertimbangkan penawaran umum perdana (IPO) yang berpotensi membantu pendanaan ambisi besar Elon Musk untuk misi ke Mars.
Langkah ini juga diperkirakan dapat mendorong valuasi perusahaan roket dan satelit itu menembus lebih dari US$1 triliun, sebuah momen yang telah lama dinantikan banyak investor ritel.
Seorang sumber yang mengetahui rencana tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa SpaceX berupaya menghimpun lebih dari US$25 miliar dalam IPO yang dapat berlangsung paling cepat Juni 2026.
Menurut Shay Boloor, Chief Market Strategist di Futurum Equities Research, permintaan investor ritel akan sangat besar meski bisnis antariksa tergolong berisiko tinggi dan padat modal.
Baca Juga: Elon Musk Isyaratkan SpaceX Akan IPO, Bakal Jadi IPO Terbesar Kedua dalam Sejarah
“Ini akan menjadi IPO paling gila dalam sejarah pasar saham. Jika targetnya US$1,5 triliun, saya tidak akan terkejut jika valuasinya menembus US$2 triliun setelah dibuka,” ujar Boloor.
Risiko dan Drama di Sekitar Elon Musk Tak Menggentarkan Investor
Gaya kepemimpinan Musk yang tidak konvensional dan retorika anti-kemapanan tidak membuat investor mundur, menurut sejumlah analis.
Dari lima perusahaan yang dipimpin Musk termasuk The Boring Company, xAI, dan platform X satu-satunya perusahaan publik, Tesla, telah melalui berbagai kontroversi, mulai dari denda perdata hingga perselisihan dengan regulator AS.
Pada 2018, Musk sempat menyebut pejabat Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) sebagai “bajingan” setelah lembaga tersebut mencabut jabatannya sebagai ketua Tesla dan membatasi aktivitasnya di media sosial karena unggahan “funding secured”.
Musk yang kini menjadi orang terkaya di dunia dengan kekayaan lebih dari US$460 miliar juga sempat mengancam akan meninggalkan Tesla jika dewan tidak menyetujui paket kompensasi bernilai US$1 triliun untuk 10 tahun.
Saham dan penjualan Tesla sempat melemah setelah Musk menjalani masa singkat selama empat bulan memimpin Departemen Efisiensi Pemerintahan di pemerintahan Trump.
Christopher Marangi, Co-Chief Investment Officer di GAMCO Investors, mengatakan risiko tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari berinvestasi pada perusahaan inovatif.
“Imbal hasil harus sepadan dengan risiko yang ditanggung investor,” ujarnya.
GAMCO memiliki eksposur pada SpaceX melalui investasinya di EchoStar, yang memperoleh saham SpaceX dalam kesepakatan spektrum pada September.
Baca Juga: Elon Musk Bersiap Bawa SpaceX Go Publik, IPO Diproyeksi Capai US$25 Miliar
‘Steak dan Sizzle’: Operasional Kuat + Potensi Masa Depan
Menurut Dan Hanson, Senior Portfolio Manager di Neuberger Berman yang mengelola dana Quality Equity Fund senilai US$2,1 miliar, SpaceX memiliki kombinasi yang jarang ditemukan: bisnis inti yang kuat dan prospek masa depan yang sangat besar.
Per akhir November, sekitar 5% aset dana tersebut berada dalam saham SpaceX yang belum terdaftar.
“Ini situasi langka di mana Anda mendapatkan steak sekaligus sizzle,” katanya.
Hanson menilai bisnis peluncuran roket dan layanan internet satelit Starlink merupakan fondasi solid yang dapat mendorong valuasi tinggi SpaceX dalam IPO.
Dana hasil IPO disebut dapat membantu SpaceX mengembangkan teknologi baru, termasuk pusat data berbasis luar angkasa yang membutuhkan konsumsi energi lebih rendah dibandingkan pusat data di Bumi.
James St Aubin, Chief Investment Officer Ocean Park Asset Management, menyebut SpaceX sebagai calon “market darling” dalam revolusi teknologi saat ini.
“Ada ruang sangat luas untuk pertumbuhan. Investor bisa mengabaikan kekhawatiran valuasi dan membiarkan prediksi pertumbuhan berjalan liar,” katanya.
Ia memprediksi bahwa pada 2026 pasar mungkin akan membicarakan “Great Eight”—mencakup SpaceX—melengkapi kelompok saham teknologi populer “Magnificent Seven”.
Catatan Sejarah: IPO Bernilai Tinggi Jarang Beri Keuntungan Jangka Panjang
Meski antusiasme terhadap SpaceX sangat tinggi, data sejarah menunjukkan bahwa perusahaan dengan valuasi sangat premium pada hari pertama IPO sering kali tidak memberikan imbal hasil bertahan lama.
Menurut riset Jay Ritter, profesor emeritus dari University of Florida, antara 1980 dan 2023 terdapat 45 perusahaan yang melantai dengan valuasi lebih dari 40 kali pendapatan tahunan.
Baca Juga: SpaceX Pindahkan 1.083 Bitcoin Senilai Rp1,6 Triliun, Ada Apa?
Hanya tujuh yang masih diperdagangkan lebih tinggi tiga tahun kemudian.
Rata-rata, saham-saham tersebut kehilangan sekitar 50% nilai dari penutupan hari pertama dan tertinggal dari pasar sebesar 63%.
Beberapa contoh perusahaan yang melemah setelah IPO antara lain Beyond Meat (2019), Palm (2000), dan Snowflake (2020). Sementara Datadog dan Zoom adalah sedikit yang mampu bertahan.
Secara berbeda, Tesla, yang IPO pada 2010 dengan valuasi jauh lebih moderat, berhasil melonjak tajam dalam dekade berikutnya.
Ritter menilai valuasi awal SpaceX yang sangat tinggi berpotensi membatasi ruang kenaikannya.
“Valuasi setinggi itu memang mengurangi potensi upside. Bahkan jika SpaceX mencapai valuasi US$2 triliun, itu hanya memberikan imbal hasil 100%–200%,” ujarnya.
