Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Warga Palestina melaporkan serangan terberat dalam beberapa pekan terakhir pada Senin (11/8/2025) di wilayah timur Kota Gaza, hanya beberapa jam setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan yakin akan menyelesaikan ofensif militer terbaru di wilayah tersebut “dengan cepat”.
Saksi mata mengatakan tank dan pesawat tempur Israel menghantam kawasan Sabra, Zeitoun, dan Shejaia—tiga distrik di timur Kota Gaza—memaksa banyak keluarga mengungsi ke arah barat.
Serangan ini memicu kekhawatiran akan dimulainya ofensif darat yang lebih dalam di wilayah yang kini menurut Hamas menampung sekitar 1 juta orang akibat perpindahan penduduk dari utara Jalur Gaza.
Militer Israel mengklaim pasukannya menembakkan artileri ke arah militan Hamas di area tersebut dan pada Minggu telah menghancurkan lokasi peluncuran roket yang digunakan untuk menyerang wilayah Israel. Meski demikian, belum terlihat tanda-tanda pasukan bergerak lebih jauh ke jantung Kota Gaza.
Baca Juga: Netanyahu Sebut Serangan Baru ke Gaza Akan Dimulai dalam Waktu Dekat
Netanyahu Perintahkan Percepatan Rencana Ofensif
Netanyahu pada Minggu menyampaikan bahwa ia telah menginstruksikan militer Israel (IDF) untuk mempercepat rencana penguasaan penuh Kota Gaza, yang ia sebut sebagai “ibu kota terorisme” Hamas. Ia juga mengindikasikan bahwa wilayah pesisir Gaza tengah mungkin menjadi target berikutnya.
Rencana ini memicu kekhawatiran internasional. Jerman mengumumkan penghentian ekspor peralatan militer ke Israel yang berpotensi digunakan di Gaza. Inggris dan sejumlah negara Eropa lainnya juga mendesak Israel mempertimbangkan kembali eskalasi militer.
Serangan Udara Tewaskan Enam Jurnalis
Salah satu serangan udara menghantam area tenda di kompleks Rumah Sakit Al Shifa, menewaskan enam jurnalis, termasuk Anas Al Sharif, koresponden senior Al Jazeera. Serangan ini menjadi insiden paling mematikan bagi jurnalis sejak perang dimulai.
Militer Israel mengonfirmasi telah menargetkan dan membunuh Al Sharif dengan tuduhan memimpin sel Hamas dan terlibat dalam serangan roket. Tuduhan tersebut dibantah oleh Al Jazeera dan oleh Al Sharif sebelum kematiannya. Hamas mengaitkan pembunuhan ini dengan rencana ofensif besar yang akan datang.
Menurut kantor media pemerintah Gaza yang dikelola Hamas, 238 jurnalis telah tewas sejak awal perang, sementara Committee to Protect Journalists (CPJ) mencatat setidaknya 186 jurnalis terbunuh.
Baca Juga: 'Lebih Baik Mati di Sini' Warga Palestina Tolak Pengusiran Massal dari Gaza City
Latar Belakang Konflik
Perang pecah pada 7 Oktober 2023 ketika militan Hamas menyerbu Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 orang. Israel memperkirakan sekitar 50 sandera masih berada di Gaza, dengan hanya sekitar 20 diyakini masih hidup.
Sejak itu, lebih dari 61.000 warga Palestina tewas akibat kampanye militer Israel, menurut otoritas kesehatan Gaza. Mayoritas penduduk Gaza telah mengungsi berkali-kali, menghadapi krisis kemanusiaan akut dengan sebagian besar wilayah berubah menjadi puing-puing.