Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mungkin telah mencegah untuk memberi terlalu banyak keuntungan dalam pembicaraan perdagangan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Tetapi Tokyo sedang berjuang menjelang batas waktu pada akhir bulan untuk mencapai tujuan utamanya yakni membuat presiden yang sulit ditebak ini untuk menghentikan ancaman tarif pada Jepang.
Baca Juga: Dituduh langgar aturan, Apple akui Foxconn terlalu banyak memakai pegawai kontrak
Bahkan setelah mengumumkan kesepakatan awal dengan Abe pada 25 Agustus lalu, Trump membiarkan kemungkinan untuk menampar bea yang lebih tinggi pada kendaraan Jepang.
Padahal produk itu merupakan andalan bagi negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia ini. Selain itu, mobil adalah komoditas ekspor terbesar Jepang ke Amerika Serikat.
Seperti diberitakan Reuters, Trump dan Abe sedang mencari kesepakatan akhir menjelang pertemuan yang direncanakan di sela-sela Majelis Umum PBB pada akhir bulan ini.
Tetapi pejabat pemerintah Jepang yang enggan disebut namanya bilang bahwa para negosiator baru saja mulai mengerjakan perincian, seperti berapa banyak tarif yang akan dipotong untuk barang-barang tertentu.
Baca Juga: Strategi berbuah manis, nilai cadangan emas Rusia saat ini melampaui US$ 100 miliar
Kesepakatan pada bulan ini bisa menjadi hal yang rumit, karena hanya ada sedikit waktu untuk menyelesaikan redaksional yang sensitif secara politis pada bidang-bidang tertentu.
Misalnya saja untuk produk pertanian dan mobil. "Belum ada kesepakatan antara kedua negara," kata pejabat tersebut.
"Negosiasi baru saja dimulai," lanjutnya.
Trump dan Abe mengumumkan kesepakatan mereka tentang prinsip-prinsip inti dari kesepakatan tersebut. Di mana Tokyo berjanji akan memangkas tarif produk pertanian AS dan Washington melakukan hal yang sama pada barang-barang industri tertentu dari Jepang.
Baca Juga: Jack Ma pensiun, ini momen-monem bersejarah Alibaba di bawah kepemimpinannya (1)
Jepang berhasil mempertahankan pemotongan tarif impor daging sapi dan babi dari AS dalam tingkat yang diberikan dalam Pacific Partnership (TPP).
Tokyo juga menggerakkan tekanan untuk menghindari devaluasi mata uang yang bisa mengikat kemampuan Jepang untuk melakukan intervensi di pasar mata uang jika yen melonjak dan mengancam ekonomi yang bergantung pada ekspor.