Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jepang, importir gas alam cair (LNG) terbesar kedua di dunia, berencana membeli LNG untuk cadangan darurat setiap bulan mulai Januari 2026.
Langkah ini diambil untuk memperkuat ketahanan energi nasional dan melindungi pasokan dari potensi guncangan global, menurut dua sumber di Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI).
Program ini merupakan bagian dari Strategic Buffer LNG (SBL) yang dijalankan METI. Melalui skema tersebut, pemerintah memastikan setidaknya satu kargo LNG, sekitar 70.000 ton metrik akan diamankan setiap bulan sebagai stok cadangan untuk mengantisipasi gangguan pasokan.
Naik Empat Kali Lipat dari Dua Tahun Sebelumnya
Dengan sistem pembelian bulanan, Jepang akan mengamankan sedikitnya 12 kargo LNG per tahun, atau sekitar 840.000 ton, untuk cadangan darurat. Jumlah ini meningkat signifikan dibandingkan dengan sekitar 210.000 ton per tahun yang diamankan dalam dua tahun terakhir.
Baca Juga: Uni Eropa Resmi Sahkan Paket Sanksi ke-19 terhadap Rusia, Termasuk Larangan Impor LNG
Apabila tidak terjadi keadaan darurat, kargo SBL dapat digunakan atau dijual kembali di pasar. Dalam praktiknya, JERA, selaku pemasok resmi SBL dan pembeli LNG terbesar di Jepang, menahan kargo hingga 18 hari sebelum kedatangan di pelabuhan.
Jika terjadi kerugian dalam penjualan kembali, pemerintah menanggung selisihnya, sementara keuntungan harus dikembalikan ke kas negara.
Jepang Perkuat Peran Sebagai Pedagang LNG Global
Seiring dengan menurunnya permintaan domestik, Jepang kini memperluas perannya sebagai pedagang LNG global, dengan menjual kembali kargo berlebih ke luar negeri saat konsumsi lokal melemah.
Sejak Desember 2023, JERA telah membeli satu kargo LNG setiap bulan selama tiga bulan musim dingin dalam dua tahun terakhir untuk memperkuat cadangan strategis, meski sejauh ini belum pernah digunakan.
Mulai 2026, JERA akan membeli satu kargo setiap bulan sepanjang tahun, dari Januari hingga Desember, menurut salah satu sumber METI.
Baca Juga: Shell Rugi Besar Usai Hentikan Proyek Biofuel di Rotterdam, Fokus ke LNG
Selain itu, satu kargo tambahan juga akan diamankan untuk Desember 2025 sebagai bagian dari tahap awal program.
Respons terhadap Risiko Geopolitik dan Krisis Energi
METI sebelumnya telah menyatakan rencana untuk meningkatkan pembelian LNG cadangan pada pertengahan hingga akhir 2020-an.
Langkah ini juga sejalan dengan permintaan dari perusahaan utilitas listrik Jepang, yang mendesak perluasan cadangan strategis untuk melindungi pasokan dari risiko gangguan akibat konflik, krisis energi, atau gangguan reaktor nuklir.
Bulan lalu, Amerika Serikat mendesak Jepang untuk menghentikan impor energi dari Rusia, sebagai bagian dari upaya internasional menekan Moskow agar mengakhiri perang di Ukraina. Jepang masih memiliki kontrak jangka panjang dengan proyek LNG Sakhalin-2 Rusia, yang mencakup sekitar 9% dari total impor LNG Jepang.
Namun, menurut sumber METI lainnya, perubahan kebijakan pembelian bulanan ini tidak berkaitan langsung dengan tekanan AS terkait energi Rusia, melainkan untuk meningkatkan kesiapan menghadapi segala kemungkinan krisis pasokan.
Baca Juga: Turki Lepas Ketergantungan Gas Rusia dan Iran, Andalkan LNG AS dan Produksi Lokal
“Peralihan ke sistem pembelian bulanan tidak secara langsung terkait dengan isu energi Rusia, tetapi memungkinkan kami untuk merespons lebih cepat terhadap setiap situasi darurat,” ujar salah satu sumber METI pada Jumat.
Cadangan LNG Jepang Masih Terbatas
Jepang tidak memiliki fasilitas penyimpanan gas bawah tanah seperti yang dimiliki banyak negara lain.
Namun, menurut data International Energy Agency (IEA), negeri sakura tersebut memiliki kapasitas penyimpanan LNG sekitar 12 miliar meter kubik, atau setara 9 juta ton, di terminal penerima LNG di seluruh negeri, jumlah yang hanya mencukupi sekitar satu bulan konsumsi nasional.












