kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45915,44   -4,07   -0.44%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jepang diramal bakal krisis ekonomi pada 2020


Jumat, 27 September 2013 / 21:33 WIB
Jepang diramal bakal krisis ekonomi pada 2020
ILUSTRASI. Cek Kurs Dollar-Rupiah di Bank Mandiri Hari Ini, Kamis 19 Mei 2022./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/21/04/2020


Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan

TOKYO. Mantan penasihat ekonomi George Soros, Takeshi Fujimaki meramal perekonomian Jepang akan memasuki krisis pada 2020, meskipun pemerintah telah menaikkan pajak dan Olimpiade dihelat di Jepang pada tahun tersebut. Takeshi Fujimaki yang saat ini menjadi anggota parlemen Jepang menyatakan krisis adalah sesuatu yang tak terelakkan, yang akan terjadi di Jepang.

“Saya memutuskan untuk menjadi politisi, karena saya melihat krisis finansial akan terjadi, entah dalam waktu dekat ini ataukah yang akan datang. Jumlah utang yang terus menggunung, dan saya pikir perekonomian Jepang tak akan mampu bertahan hingga 2020," ujarnya sebagaimana dikutip dari Bloomberg, Jumat (27/9).

Hingga saat ini, yields (imbal hasil) obligasi pemerintah Jepang melompat hingga 70%. Menurut Fujimaki, kondisi ini seperti  yang pernah terjadi di Rusia pada 1998, ketika obligasi pemerintah negara  itu mengalami gagal bayar atau default.

Yield obligasi pemerintah Jepang adalah yang terendah di dunia pada 0,68% dan biaya dana untuk melindungi utang dari default berada di posisi terendah dalam 4 bulan terakhir, yaitu 62 basis poin atau 0,62%.

Sebelumnya, PM Shinzo Abe dari Partai Demokratik Liberal pernah menunjukkan semacam skenario untuk mengantisipasi obligasi pemerintah Jepang mengalami default melalui "X-day project".

Hingga saat ini, total utang pemerintah Jepang mencapai 924,4 triliun yen (US$ 9,37 triliun). Jumlah itu bisa menggelembung menjadi 1 kuadriliun yen, atau mencapai 2 kali produk domestik bruto. Untuk mengantisipasi memburuknya dampak utang, Abe berencana mengumumkan kenaikan pajak pada 1 Oktober.

“Tak dimungkiri, kita akan melihat sebuah kekacauan besar dan Partai Demokratik Liberal harus turun," ujarnya.

Sementara itu, bank sentral Jepang, Bank of Japan, menargetkan inflasi mencapai 2% dalam 2 tahun ke depan dengan cara membeli obligasi pemerintah Jepang sebesar 7 triliun yen dalam sebulan. Kebijakan tersebut setidaknya mampu mendongkrak harga-harga barang konsumsi.

“Karena Bank of Japan membeli obligasi pemerintah dalam jumlah yang cukup banyak, prinsip pasar di negara ini tidak berjalan,” lanjut Fujimaki.

Di sisi lain, IMF telah memperkirakan bahwa utang Jepang akan naik 245% dari PDB pada tahun ini. Jepang akan membelanjakan 22,2 triliun yen untuk membayar kewajibannya itu pada tahun fiskal 2013-2014 yang dimulai pada April. (Kompas.com)




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×