Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Serangan Israel ke Rafah mulai membuat Amerika Serikat resah. Presiden Joe Biden bahkan mengancam akan menghentikan pengiriman senjata jika operasi militer di wilayah itu diteruskan.
Biden bahkan menyadari bahwa senjata yang dikirim AS ke Israel telah digunakan untuk membunuh penduduk Gaza. Dirinya mendesak Israel untuk segera menghentikan operasi militernya di Rafah.
"Saya jelaskan jika mereka masuk ke Rafah, saya tidak akan menyediakan senjata yang pernah digunakan di Rafah," kata Biden, dikutip CNN.
Ketika ditanya mengenai bom seberat 2.000 pon yang dikirim ke Israel, Biden menjawab: "Warga sipil telah terbunuh di Gaza sebagai akibat dari bom-bom tersebut dan cara-cara lain yang mereka lakukan untuk menyerang pusat-pusat permukiman."
Baca Juga: Pasukan Israel Rebut Perbatasan Rafah, Akses Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Terhenti
Mengutip Reuters, seorang pejabat senior AS yang berbicara secara anonim mengatakan, Gedung Putih telah meninjau dengan cermat pengiriman senjata yang mungkin digunakan di Rafah.
Saat ini AS telah menghentikan pengiriman yang terdiri dari 1.800 bom seberat 2.000 pon (907 kg) dan 1.700 bom seberat 500 pon.
Menteri Pertahanan AS, Lloyd J. Austin, sebelumnya juga mengakui secara terbuka bahwa keputusan Biden pekan lalu untuk menunda pengiriman ribuan bom berat dilakukan karena kekhawatirannya terhadap nasib Rafah.
Meski menyadari senjatanya telah digunakan untuk membunuh banyak warga sipil, namun Biden menegaskan akan tetap mengirim senjata pertahanan seperti Iron Dome.
Baca Juga: Biden: Pengiriman Senjata ke Israel Akan Dihentikan Jika Mereka Menyerang Rafah
"Kami akan terus memastikan keamanan Israel dalam hal Iron Dome dan kemampuan mereka untuk merespons serangan yang terjadi di Timur Tengah baru-baru ini. Kami tidak akan memasok senjata dan peluru artileri," lanjut Biden.
AS merupakan pemasok senjata terbesar ke Israel. Mereka bahkan mempercepat pengiriman senjatanya setelah serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober.
Pada tahun 2016, pemerintah AS dan Israel menandatangani Nota Kesepahaman berdurasi 10 tahun. Perjanjian ini terus diperbarui selama tiga dekade.
Berdasarkan perjanjian itu, AS bersedia memberikan bantuan militer sebesar US$38 miliar selama 10 tahun, hibah sebesar US$33 miliar untuk membeli peralatan militer, dan US$5 miliar untuk sistem pertahanan rudal kepada Israel.