Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Presiden AS Joe Biden pada hari Rabu (15/11) waktu Washington akhirnya mengakui bahwa pendudukan Israel di Gaza adalah sebuah kesalahan besar. Atas dasar itu, Biden yakin solusi dua negara adalah satu-satunya cara untuk menghentikan konflik Israel-Palestina.
Biden juga mengatakan bahwa dirinya telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu terkait pentingnya solusi dua negara.
"Saya telah berbicara dengan Netanyahu bahwa dia tidak yakin perang akan berakhir sampai solusi dua negara tercapai. Saya jelaskan kepada Israel bahwa menurut saya merupakan kesalahan besar jika mereka menduduki Gaza," kata Biden, dikutip Reuters.
Dalam konferensi pers di sela-sela KTT APEC di Woodside, California, Biden meyakinkan publik bahwa dirinya telah melakukan segala cara untuk meredakan konflik di Gaza, termasuk membebaskan sandera yang ditahan oleh kelompok militan Hamas.
Baca Juga: Xi Jinping Akui Taiwan adalah Masalah Terbesar dalam Hubungan AS-China
Namun Biden memastikan upaya tersebut tidak berarti AS akan mengirimkan militer ke Gaza.
Sebelumnya, Biden sempat mengirim pesan terbuka kepada para sandera yang berbunyi "Bertahanlah, kami akan datang." Pesan tersebut menimbulkan spekulasi bahwa AS akan mengirimkan pasukan militernya untuk membebaskan sandera.
"Apa yang saya maksud adalah saya melakukan segala cara untuk mengeluarkan Anda. Datang untuk membantu Anda. Saya tidak bermaksud mengirimkan militer ke sana. Saya tidak berbicara tentang militer," kata Biden mengklarifikasi pernyataannya.
Baca Juga: Joe Biden: Hanya Solusi Dua Negara yang Bisa Menyelesaikan Konflik Israel-Palestina
Dirinya mengatakan AS terus berupaya mengatasi masalah ini dan tidak akan berhenti sampai para sandera, termasuk seorang anak Amerika berusia tiga tahun, dibebaskan.
Untuk sementara ini Qatar memimpin mediasi antara kelompok militan Hamas dan para pejabat Israel untuk pembebasan lebih dari 240 sandera. Para sandera dibawa oleh pasukan Hamas ketika mereka menyerbu Israel pada 7 Oktober lalu.
Sebagai balasan atas serangan tersebut, Israel secara brutal melancarkan pemboman tanpa henti terhadap Gaza yang dikuasai Hamas. Akhir bulan lalu Israel memulai invasi ke daerah tersebut dan menyebabkan lebih dari 11.000 orang terbunuh, sekitar 40% di antaranya adalah anak-anak.