kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,64   6,79   0.75%
  • EMAS1.395.000 0,87%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Jutawan resign dari Microsoft, mengabdi ke Afrika


Kamis, 02 Mei 2013 / 11:25 WIB
Jutawan resign dari Microsoft, mengabdi ke Afrika
ILUSTRASI. Moms Wajib Tahu! Inilah 5 Mitos Kehamailan yang Jarang Diketahui


Sumber: CNN |

NEW YORK/GHANA. Selamat hari Pendidikan Nasional Indonesia! Tepat 2 Mei, seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) merayakan hari pendidikan nasional. Tapi tak ada salahnya mencari inspirasi dari negeri lain yang jauhnya ribuan mill dari Indonesia.

Adalah seorang jutawan asal Afrika yang sudah bisa dikatakan telah masuk "zona nyaman” karena bergaji jutaan dollar Amerika Serikat. Patrick Awuah, bekerja di Microsoft Corp, sebuah raksasa teknologi asal Paman Sam.

Namun posisi enak bergaji jutaan dollar dari perusahaan berkelas internasional tak membuatnya tetap tinggal di Microsoft. Ia memilih mengundurkan diri dari perusahaan milik Bill Gates ini.

Saat resign, posisinya adalah Program Manager, masuk posisi top eksekutif. Pasca meninggalkan Paman Sam, Awuah terbang ke Ghana, Afrika dan mendirikan sebuah universitas. Kampus yang ia dirikan diberi nama Ashesi University, sebuah institusi pendidikan non profit di Accra-Ghana yang merupakan tempat kelahirannya.

Universitas tersebut berdiri dari gajinya selama bekerja di Microsoft dan dengan bantuan beberapa donor.

Apa motivasinya? "Afrika harus memiliki semangat untuk bangkit," tutur Awuah, saat menjelaskan apa yang mendorongnya mengambil keputusan berisiko itu.

Ia bercerita, setelah resign dari Microsoft, terkadang ia terbangun dari tidur dan bertanya-tanya, apakah yang telah ia lakukan adalah hal benar?.

"Dan kemudian saya membaca kata-kata Goethe," ingat Awuah. "Apa pun dapat Anda lakukan, bermimpilah. Mulailah dengan keberanian, memiliki kejeniusan, kekuatan dan keajaiban di dalamnya-mulailah sekarang.." ia memberikan motivasi.

Baginya, melalui pendidikan, pandangan dunia terhadap Afrika sebagai negara terbelakang lambat laun akan berubah. Ia yakin, kampus yang dibangunnya akan mendidik generasi pemimpin di Afrika.

"Saya memutuskan untuk memajukan pendidikan, artinya harus terlibat langsung sebagai solusi untuk mendorong perubahan Afrika hingga 30 tahun hingga 50 tahun dari sekarang. Dunia akan menjadi tempat yang berbeda untuk semua orang keturunan Afrika di dunia," ujarnya bersemangat.

“Ketika memandang universitas ini, saya melihat Afrika di 30 tahun mendatang,” Patrick Awuah, jutawan, eks karyawan Microsoft.

Mendidik pemimpin masa depan

Terletak sekitar satu jam perjalanan dari ibukota Accra, Ashesi yang bisa diterjemahkan menjadi "Awal" adalah universitas pertama di Ghana yang menggabungkan jurusan teknis dengan pendekatan seni liberal.

Kampus yang semarak, berdiri di tanah seluas 100 hektar di sebuah kota bernama Berekuso. Ashesi dirancang untuk menjadi inspirasi bagi lebih dari 500 pelajar muda di Ghana.

Awal memulai pendidikan di 2002, kampus ini hanya terdiri dari beberapa bangunan hasil menyewa dan hanya memiliki 30 siswa.

"Di negara ini, hanya 5% dari anak-anak usia kuliah yang mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi," katanya.

Masalahnya, ukuran 5% tersebut sangat kecil. Apalagi menurutnya, sebagian besar dari mereka yang berangkat ke perguruan tinggi berpikir akan memimpin negara mereka. Sedangkan hanya 5% di antara mereka lah yang memikirkan rancang jalan dan bangunan, infrastruktur, rumah sakit, sekolah dan menjalankan bisnis.

Keputusan sulit

Awuah, yang dibesarkan di Accra, Ghana meninggalkan kota itu pada 1985 untuk melanjutkan pendidikan sendiri di Amerika Serikat. Di sana, ia mendapat pekerjaan di Microsoft. Profesinya adalah sebagai ujung tombak desain perangkat lunak untuk akses internet dial-up.

Dia mengakui bahwa berhenti Microsoft bukanlah keputusan yang mudah. Untungnya, sang istri yang berasal dari AS mendukung keputusan Awuah secara bulat.

"Aku tidak akan berbohong kepada Anda - itu keputusan yang sangat sulit," kata Awuah.

"Tapi, perlu Anda ketahui, ketika memberi tahu ide ini kepada istriku, ia langsung setuju. Padahal dia belum pernah ke Afrika sebelum mengenalku, keyakinannya bahwa ide ini sangat cemerlang dan kesediaannya pergi ke Afrika bersama saya menjadi hal yang sangat menggembirakan bagiku," tuturnya.

Berkomitmen menyediakan kesempatan pendidikan yang lebih besar di Ghana, ia kembali ke bangku sekolah dan mendapatkan gelar Master di Berkeley, salah satu sekolah bisnis top dunia. Atas usahanya, Awuah memenangkan banyak penghargaan.

Mimpi mengubah benua

Kemarin (1/5) Ashesi, yang merayakan ulang tahun ke 10 tahun mengumumkan menawarkan gelar dalam ilmu bisnis, sistem informasi dan ilmu komputer. Universitas ini juga berencana menawarkan jurusan teknik dan ekonomi dalam waktu dekat. Tingkat kelulusan Ashesi adalah antara 70%-90%, menurut Awuah.

Di sini, setiap siswa dipungut biaya sebesar US$ 9.000 per tahun. Biaya itu mencakup uang kuliah, tempat tinggal dan makanan. Dengan bangga, Awuah mengenalkan siswanya yang berangkat dari latar belakang yang berbeda yakni dari pelajar berprestasi dan mendapatkan beasiswa serta dari keluarga mampu.

"Kelas mahasiswa terakhir kami, 50% dari siswa yang membayar uang kuliah penuh, 25% berada di beasiswa penuh dan 25% untuk beasiswa parsial," katanya.

Alasan mengapa keragaman begitu penting adalah bahwa percakapan paling penting di kampus adalah percakapan tentang masyarakat yang baik.

"Apa yang ingin masyarakat ingin lihat dari Afrika? Sangat menarik di bahas dalam kelas jika ada memiliki keragaman," jelasnya.

Ke depan, Awuah berharap universitas Afrika akan menumbuhkan generasi baru dan memiliki pemimpin yang berani dan inovatif, membantu benua untuk mengubah dirinya.

"Jika Anda datang kembali dalam 30 tahun mendatang, universitas ini akan menjadi ajang persaingan untuk siswa terbaik dan cerdas," katanya.

Sangat menginspirasi kan? Ayo, di hari pendidikan ini, apa motivasi Anda untuk memajukan Indonesia? (Dyah Megasari Anjaya)




TERBARU

[X]
×