kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kenapa tweet AP bisa langsung hantam Wall Street?


Rabu, 24 April 2013 / 11:04 WIB
Kenapa tweet AP bisa langsung hantam Wall Street?
ILUSTRASI. Karyawan melintas di dekat layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (8/10/2021) ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.


Sumber: CNBC, Guardian, New York Times |

NEW YORK. Media sosial dan bursa saham Amerika terpana. Twit palsu dari akun twitter Associated Press @AP yang diretas nyatanya mampu menjungkalkan Wall Street dalam hitungan menit. Bagaimana bisa?

Selasa (24/4) pukul 13.07, akun Twitter salah satu kantor berita paling besar dunia menampilkan sebuah twit mengagetkan. Twit itu berbunyi, "Dua ledakan terjadi di Gedung Putih dan Barack Obama terluka."


Yang mengejutkan, dalam beberapa menit saja dari waktu tayang tweet itu, indeks Dow Jones dan Standard & Poor's 500 terjun 1%.

Sementara itu, jagad media sosial pun geger. Para jurnalis juga mengritisinya. Mereka yakin twit itu palsu. Sebab, dalam penulisannya, AP biasanya tak pernah menulis "Barack Obama" saja, tapi selalu "Presiden Barrack Obama." AP juga biasanya menggunakan huruf kapital semua ketika menge-tweet 'BREAKING'.

Dan benar, tak lama kemudian, tim corporate communication AP mengeluarkan komentar, "Itu adalah twit @AP palsu." Seseorang telah menyusupi akun twitter AP. Dus, AP mematikan akun-akunnya untuk sementara dan memperbaiki masalah yang terjadi.

Di pihak lain, Gedung Putih tampaknya terganggu dengan kegemparan yang terjadi. Malam itu, dalam sebuah press briefing, jurubicara pribadi Obama, Jay Carney menegaskan bahwa Obama baik-baik saja. "Saya baru saja bersamanya," tuturnya. Pada briefing itu juga, seorang reporter AP meminta maaf atas peretasan akun Twitter AP dan bahwa tweet tersebut sudah langsung dihapus.

Lalu seperti diperintah, bursa pun pulih kembali. Saham-saham berbalik menanjak sesuai dengan mood pasar yang sedang baik.

Tapi, cerita tiga menit ini pastinya tak begitu saja berlalu. Moral cerita adalah, kejadian ini bak lampu kuning bagi:

Media

Situs media harus lebih hati-hati menangani keamanan situs dan akun sosial mereka. Peretasan media sudah semakin marak terjadi, di antaranya yang menyerang Wall Street Journal dan New York Times tahun ini.

Peretasan atas akun media sosial milik media juga bukan cuma terjadi pada AP. Peretas situs AP mengaku merupakan bagian dari kelompok Syrian-Electronic Army. Mereka menuliskan tweet:

 Ops! @AP get owned by Syrian Electronic Army! #SEA #Syria #ByeByeObama http://t.co/HTKoO6gIL6

 — SyrianElectronicArmy (@Official_SEA6) 23 Apr 13

Asal tahu saja, kelompok inilah yang mengklaim telah meretas sejumlah akun Twitter NPR pekan lalu dan BBC bulan lalu. Hari Sabtu yang lalu, akun TWitter yang berafiliasi dengan CBS juga diserang hacker.

Media sosial

Keamanan password bagi pengguna media sosial mendapat sorotan lagi. Maklum, login ke Twitter selama ini hanya memerlukan username dan password saja. Jadi jika password penggunanya lemah, kemungkinan diretas, dicuri, atau dibajak pun sangat besar.

Di sisi lain, banyak ahli mengatakan bahwa Twitter bisa berbuat lebih banyak. Twitter bisa saja menawarkan otentifikasi password melalui dua tahapan. Jadi selain password, pengguna diminta memastikan akun itu miliknya melalui metode otentifikasi lainnya.

Cara ini sudah dilakukan oleh Apple sejak Maret ini. Lalu Microsoft menyusul di pekan lalu. Google dan Facebook bahkan sudah memakainya dari beberapa tahun lalu.

Bursa dan pelaku pasar

Ini yang paling menarik. Bagaimana bisa berita Twitter menghancurkan pasar dalam waktu kurang dari tiga menit? Dengan kata lain, betapa besarnya pengaruh Twitter terhadap pasar di abad social media ini.

Pendapat lain menyoroti bahwa pergerakan pasar yang begitu cepat menyusul sebuah tweet adalah masalah algoritma trading pasar. Sebab, agak tak masuk akal bahwa trader atau nasabah bisa begitu cepat merespon satu buah tweet.

Begini, sebenarnya tadinya di AS cukup sulit bagi trader untuk mengakses Twitter. Maklum, sebagian besar perusahaan investasi memblok situs Twitter. Selain karena berisiko melanggar regulasi pemerintah soal komunikasi dengan nasabah, juga karena alasan sederhana. Yaitu, agar karyawan tak membuang-buang waktu main Twitter.

Namun, Twitter mulai mendapat sedikit legitimasi di pasar. Bulan ini, Bloomberg mengumumkan akan menambah layanan Twitter di terminalnya.

Kembali ke masalah algoritma, ternyata kini perusahaan investasi sudah memanfaatkan informasi melalui data stream dari Twitter. Pada tahun 2009, sebuah perusahaan bernama StreamBase mulai memasukkan Twitter ke dalam jasa layanan 'complex event processing'. Ini merupakan platform yang mengagregat data dari berbagai sumber untuk hedge fund dan bank investasi.

Nah, dalam kasus AP, ada kecurigaan bahwa robot trading alias komputer yang memperoleh data dari Twitter yang membuat pasar crash. Jadi setelah menganalisis tweet AP, komputer itu membuat transaksi, atau lebih tepatnya, menyetop transaksi.

"Yang terjadi adalah, mereka membatalkan pesanan, jadi bid pun keluar dari pasar. Ini yang menyebabkan crash," ujar seorang sumber CNBC dari sebuah perusahaan algoritma trading.

Sayangnya, tak ada perusahaan atau trader berbasis algoritma ini yang mau menjelaskan bagaimana mereka menganalisis atau menggunakan data Twitter itu. Tapi, seorang sumber yang bekerja dalam operasional trading algoritma dalam sebuah bank besar AS mengatakan, bahwa dalam unitnya, ada software yang diprogram untuk mendeteksi peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di Twitter.

Catatan saja, setidaknya sejak tahun 2010, Bloomberg telah memonitor Twitter feeds dan dapat mengirimkan memo pemberitahuan kepada pelanggannya ketika ia mendeteksi banyak orang menge-tweet tetantang sesuatu atau sebuah perusahaan.

Ada pula sebuah program bernama Lexalytics yang mengembangkan algoritma yang bisa membaca 'sentimen' Twitter.

Yang jadi masalah adalah, banyaknya informasi yang membanjiri Twitter kemudian bertemu dengan trading yang bisa dilakukan dengan sangat cepat dan nyaris real time berkat platform elektronik. Bahkan trading bisa saja terjadi, tanpa melibatkan manusia.

Saat ini, manusia bisa dengan cepat mengatakan bahwa tweet AP itu palsu. Tapi komputer kok tidak bisa?

Inilah pelajaran yang bisa dipetik: "Manusia masih lebih baik daripada algoritma dalam beberapa hal," ujar seorang trader. "Setidaknya untuk saat ini."



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×