kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kabar Baik dari WHO: Lebih Banyak Bukti Omicron Sebabkan Gejala yang Lebih Ringan


Kamis, 06 Januari 2022 / 05:30 WIB
Kabar Baik dari WHO: Lebih Banyak Bukti Omicron Sebabkan Gejala yang Lebih Ringan


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JENEWA. Kabar baik datang dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait varian Omicron. WHO menjelaskan, saat ini sudah ditemukan lebih banyak bukti bahwa varian virus corona Omicron mempengaruhi saluran pernapasan bagian atas, menyebabkan gejala yang lebih ringan daripada varian sebelumnya. 

Dengan demikian, meski terjadi lonjakan kasus Covid-19, namun, tingkat kematian terbilang  rendah.

“Kami melihat semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa Omicron menginfeksi bagian atas tubuh. Tidak seperti yang lain, paru-paru yang akan menyebabkan pneumonia parah,” jelas Manajer Insiden WHO Abdi Mahamud mengatakan kepada wartawan yang berbasis di Jenewa seperti yang dilansir Reuters.

Dia menambahkan, "Ini bisa menjadi kabar baik, tetapi kami benar-benar membutuhkan lebih banyak penelitian untuk membuktikannya."

Sejak varian yang sangat bermutasi pertama kali terdeteksi pada bulan November, data WHO menunjukkan bahwa varian tersebut telah menyebar dengan cepat dan muncul di setidaknya 128 negara. Hal ini menghadirkan dilema bagi banyak negara dan orang yang ingin memulai kembali ekonomi dan kehidupan mereka setelah hampir dua tahun mengalami gangguan terkait Covid-19.

Baca Juga: Indonesia Sudah Siap Menghadapi Omicron, Ini Penjelasan Luhut

Namun, sementara jumlah kasus telah melonjak ke rekor sepanjang masa, tingkat rawat inap dan kematian seringkali lebih rendah daripada fase lain dalam pandemi.

"Apa yang kita lihat sekarang adalah .... pemisahan antara kasus dan kematian," katanya.

Pernyataannya tentang pengurangan risiko penyakit parah berpadu dengan data lain, termasuk studi dari Afrika Selatan, yang merupakan salah satu negara pertama di mana Omicron terdeteksi.

Namun, Mahamud juga memberikan peringatan bahwa penularan Omicron yang tinggi berarti itu akan menjadi dominan dalam beberapa minggu di banyak tempat, menimbulkan ancaman bagi sistem medis di negara-negara di mana sebagian besar penduduknya tetap tidak divaksinasi.

Baca Juga: Makin Buruk! Pasien Omicron di Jakarta Capai 252 Kasus, Kenali 10 Gejala Varian Ini




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×