Reporter: Cipta Wahyana | Editor: Cipta Wahyana
JAKARTA. Semalam, bos Federal Reserve (The Fed) Janet Yellen telah menyampaikan pemaparannya di hadapan anggota Komite Perbankan Senat Amerika Serikat (AS). Seperti biasa, setelah Yellen mengakiri pidatonya, para pengamat pun sibuk "menerjemahkan" isi pidatonya. Salah satu topik paling hot adalah soal rencana The Fed untuk mulai menaikkan bunga. Kapan kebijakan bersejarah ini akan diambil?
Soal arah kebijakan suku bunga tersebut, Yellen menyatakan kalimat sebagai berikut:
"...Jika ekonomi AS terbukti lebih kuat dari yang diantisipasi Federal Open Market Comittee (FOMC) dan membuat tingkat penciptaan lapangan kerja maupun inflasi mencapai target FOMC dengan lebih cepat, kenaikan target Fed funds rate (suku bunga acuan AS) mungkin akan terjadi lebih cepat dari yang dibayangkan saat ini..."
Berdasarkan pernyataan itu, seperti dikutip Marketwatch.com (16/7), Dean Maki, Kepala Ekonomi Amerika Barlclays menduga, paling cepat, The Fed akan mulai menaikkan fed funds rate atau acuan bunga AS pada bulan Maret 2015. Namun, tampaknya, ini belum menjadi prediksi resmi Barclays. Sebab saat ini, Barclays masih memasang prediksi bahwa kenaikan pertama bunga acuan AS baru akan terjadi Juni tahun depan. Saat itu, Barclyas memperkirakan angka pengangguran di negeri Uwak Sam akan tinggal 5,6%.
Lantas, mengapa skenario waktu kenaikan bunga AS mungkin maju dari Juni menjadi Maret 2015? Maki mengajak kita mencermati angka pengangguran. Akhir-akhir ini, tingkat pengangguran di AS turun drastis. Nah, jika tren ini terus berlanjut, Maki menghitung angka pengangguran di AS akan mencapai 5,7% di bulan Desember 2014.
Asal tahu saja, angka pengangguran 5,7% itu telah mendekati batas atas perkiraan kisaran rata-rata angka pengangguran AS di akhir kuartal IV 2015 yang pernah dirilis The Fed. Angka yang sama juga tidak jauh dari definisi "non-accelerating inflation rate of unemployement" versi bank sentral AS itu. Gampangnya, ini adalah perkiraan seberapa rendah angka pengangguran bisa turun tanpa memicu inflasi. Nah, The Fed memprediksi, angka pengangguran rendah yang aman itu adalah sekitar 5,2%-5,6%.
"Jika angka pengangguran bisa mencapai 5,6% pada kuartal I 2015, alih-alih menanti Juni, suku bunga acuan mungkin akan naik Maret," papar Maki.
Apakah mungkin bunga AS naik lebih cepat dari Maret? Maki meragukannya. Sebab, program pelonggaran moneter secara terukur atau quantitative easing (QE) lewat pembelian obligasi di pasar baru akan selesai sekitar Oktober 2014. Terlalu dratis jika The Fed mulai memperketat kebijakan moneter dengan menaikkan fed funds rate pada pertemuan FOMC bulan Desember 2014. Fed juga senang membuat kebijakan besar dalam pertemuan yang disusul dengan konferensi pers. Nah, pertemuan FOMC Maret mungkin menjadi moment tersebut.
Alasan lain, sejatinya, Fed juga masih mencari jurus paling jitu untuk keluar dari rezim kebijakan moneter longgar saat ini. Yellen sendiri tampaknya percaya bahwa angka pengangguran belum memberikan gambaran menyeluruh tentang kondisi lapangan pekerjaan di AS.
Itu pendapat Maki, bagaimana pendapata ekonom lain? Michael Hanson, Senior Ekonomi Bank of Amerika masih ragu. Menurutnya, pemaparan Yellen semalam tidak memberikan sinyal yang cukup soal percepatan kenaikan bunga AS. Ia juga berpendapat, penurunan angka pengangguran tidak akan serta-merta membuat The Fed menaikkan bunga lebih cepat. Yellen dan timmnya pasti akan mencermati indikator-indikator lain secara lebih menyeluruh.
Catatan saja, sejak Desember 2008, The Fed telah menjaga target Fed funds rate di kisaran 0%-0,25%. Kebijakan bunga terendah sepanjang sejarah ini diterapkan tak lain guna meredam resesi tahun 2008-2009 dan mendorong laju ekonomi AS. Tak cukup sampai di situ, The Fed juga menggelontorkan stimulus tak lazim bernama quantitative easing (QE). Lewat program ini, bank sentral AS itu memborong triliuan dollar obligasi dari pasar.