Sumber: Al Jazeera | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Platform media sosial yang dimiliki Elon Musk, X, baru-baru ini memperbarui kebijakannya untuk secara resmi mengizinkan konten dewasa.
Dibawah panduan yang diperbarui, platform yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter ini akan memperbolehkan pengguna untuk berbagi konten seksual asalkan konten tersebut bersifat konsensual dan diberi label dengan jelas.
Kebijakan yang telah direvisi, yang diperbarui pada akhir pekan lalu, menyatakan bahwa pengguna harus dapat membuat, mendistribusikan, dan mengonsumsi materi yang berkaitan dengan tema seksual selama materi tersebut diproduksi dan didistribusikan secara konsensual.
Baca Juga: Pemegang Saham Tesla Gugat Musk US$ 7,5 miliar atas Dugaan Insider Trading
"Ekspresi seksual, baik visual maupun tulisan, dapat menjadi bentuk ekspresi artistik yang sah," kata kebijakan tersebut.
"Kami percaya pada otonomi orang dewasa untuk terlibat dan menciptakan konten yang mencerminkan keyakinan, keinginan, dan pengalaman mereka sendiri, termasuk yang terkait dengan seksualitas," tambah kebijakan itu.
Paparan materi grafis akan dibatasi untuk anak-anak dan pengguna dewasa yang memilih untuk tidak melihatnya, dan pengguna tidak akan diizinkan untuk membagikan konten yang mempromosikan eksploitasi, ketidaksetujuan, objektifikasi, seksualisasi atau membahayakan anak di bawah umur, dan perilaku tidak senonoh.
Perubahan tersebut, yang pertama kali dilaporkan oleh TechCrunch, menetapkan sikap yang relatif toleran terhadap konten dewasa yang sudah ada sebelum akuisisi Twitter oleh Musk pada Oktober 2022.
Baca Juga: Space X Tender Offer, Valuasi Sahamnya Bisa Capai US$ 200 Miliar
Tidak seperti platform seperti Instagram, Facebook, TikTok, dan YouTube, Twitter tidak pernah secara tegas melarang ketelanjangan dan konten seksual.
Di bawah kepemimpinan Musk, X telah secara dramatis mengurangi moderasi di platform dan mengembalikan akun-akun yang sebelumnya dilarang, termasuk akun-akun dari mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan teori konspirasi Alex Jones.
Musk berargumen bahwa dia menjunjung tinggi kebebasan berbicara, tetapi para kritikus menuduh CEO Tesla tersebut mendorong ujaran kebencian dan informasi yang salah.