kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kena sanksi AS, perdagangan senjata antara India dan Rusia terhenti


Minggu, 06 Mei 2018 / 07:00 WIB
Kena sanksi AS, perdagangan senjata antara India dan Rusia terhenti


Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Sanksi keuangan oleh Amerika Serikat (AS) telah memukul perdagangan senjata antara India dengan Rusia. Pasalnya, pembayaran senjata dan peralatan senilai lebih dari US$ 2 miliar terancam tidak dikirimkan setelah perbankan India menolak melakukan pengiriman uang ke Moskow karena takut akan tindakan sanksi lanjutan oleh AS.

Mengutip The Economic Times, Sabtu (5/5), India menjalin hubungan dagang dengan perusahaan perdagangan senjata andalan Rusia, Rosoboronexport. Masalahnya, perusahaan ini termasuk dalam daftar sanksi yang dikenakan oleh Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri AS atau US Office of Foreign Assets Control (OFAC) bulan lalu. Paska peringatan oleh AS, hampir seluruh perdagangan senjata dengan India telah berhenti setelah Bank Negara India segera menghentikan semua pembayaran mulai 7 April.

Pemerintah India kini mencari konsultasi untuk menyelesaikan masalah, mengingat bahwa akuisisi alat utama sistem pertahanan (alutsista) India berada dalam level kritis. Selain itu, banyak program yang sedang berlangsung termasuk pembangunan dan perbaikan kapal selam, rudal dan kapal perang tidak dapat bergerak kecuali ditemukan penyelesaian untuk pengiriman uang tersebut.

Sanksi AS melarang hubungan bisnis apa pun dengan entitas yang mendapat label Specially Designated Nationals (SDN) (SDN). Hukuman atas pelanggaran dapat mengakibatkan penutupan semua operasi yang mengkhawatirkan AS. Hal ini telah memaksa bank-bank India untuk membekukan semua lini kredit (LoCs) ke perusahaan senjata Rusia.

Diskusi sedang berlangsung dengan pihak Rusia, termasuk dengan bank terkemuka di India, tetapi solusi belum dapat ditemukan. Pengaturan alternatif juga sedang dipertimbangkan, termasuk kemungkinan pembentukan bank khusus untuk pembayaran terkait pertahanan.

Sumber Reuters mengatakan, menyelesaikan rute pembayaran adalah prioritas utama, dengan masalah yang diambil oleh pejabat tinggi pemerintah, termasuk Kantor Perdana Menteri (PMO). Besarnya pembayaran dinilai menjadi hal penting mengingat jenis program yang bisa macet.

Misalnya, terkait dengan pembayaran lebih dari US$ 15 juta ke Rusia yang akan digunakan untuk memperbaiki kapal selam nuklir INS Chakra yang rusak paska kecelakaan pada akhir 2016. Chakra, mengalami kerusakan di kubah sonar dan tidak beroperasi karena perbaikan khusus harus dilakukan. Chakra adalah satu-satunya kapal selam milik India yang bertenaga nuklir.

Pada catatan terpisah, keputusan juga telah diambil di tingkat atas pemerintah India yang meminta Washington untuk mengabaikan India dari Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) untuk kesepakatan pembelian sistem pertahanan udara S-400 canggih dari Rusia. Kesepakatan bernilai US$ 5,5 miliar ini dinilai penting bagi India, yang mencari celah di jaringan pertahanan udara.

Meski perdagangan senjata dengan Rusia telah menurun selama beberapa tahun terakhir, Rusia tetap menjadi pemasok senjata terbesar India, menurut data SIPRI. Dalam laporan terbarunya, SIPRI mencantumkan Rusia sebagai pemasok senjata terkemuka India yang menyumbang 62% dari semua impor senjata pada periode 2013-2017. Lembaga ini juga mencantumkan India sebagai pengimpor senjata terbesar dunia, di atas Arab Saudi.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×