Reporter: Adi Wikanto | Editor: Adi Wikanto
ROMA. Pemilihan umum (pemilu) perdana menteri Italia nyatanya tidak memberi harapan baru bagi warganya agar perekonomian di wilayah itu kembali pulih sejak krisis utang 2010. Bahkan, ada kekhawatiran, Italia bisa menyamai Yunani, yang ekonominya memburuk pasca pemilu.
Pesimisme warga Italia karena calon perdana menteri tidak sesuai harapan. Ada empat kandidat, yakni Pier Luigi Bersani (mantan menteri perindusrian), Silvio Berlusconi (mantan perdana menteri tiga kali periode), Mario Monti (perdana menteri saat ini) dan komedia Beppe Grillo melalui gerakan antikemapanan (Five Star Movement).
Pesimisme tersebut terlihat dari jumlah pemilih pada hari pertama hanya 54%, anjlok dibandingkan pemilu tahun 2008 62,5%. Catatan saja, jumlah pemilih sejak tahun 1970-an mencapai 90% lebih. Namun, sejak Berlusconi memenangi pemilu ketiga lima tahun lalu, jumlah pemilih merosot tajam.
Selain itu, banyak warga yang berunjukrasa karena tidak puas dengan peserta pemilu. "Kami butuh orang baru, yang lebih mudah, bukan partai-partai lama," terang Gentilo Paolo, Pengacara di Roma yang ikut berunjuk rasa di sekitar lokasi pemungutan suara.
Riccardo Barbieri, Kepala Ekonom Mizuho, menyatakan, pemilu Italia memiliki kesamaan dengan pemilu Yunani tahun lalu. "Publik marah, bingung, serta tidak percaya pada partai politik yang ada," katanya.
Kondisi ini membahayakan perekonomian. Apalagi, bila terjadi kebuntuan politik, bisa menimbulkan ketidakstabilan pasar. Walhasil krisis utang di Italia bisa semakin parah.
Namun, banyak analis percaya, apapun hasil pemilu, pemerintahan yang baru akan tetap berkomitmen menjaga kebijakan fiskal. Ini demi mencegah lonjakan biaya pinjaman yang bisa mengganggu stabilitas pasar.