kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ketegangan rasial di Malaysia memuncak gara-gara berita palsu warga China


Selasa, 10 September 2019 / 07:55 WIB
Ketegangan rasial di Malaysia memuncak gara-gara berita palsu warga China
ILUSTRASI. Bendera Malaysia


Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Departemen Registrasi Nasional (NRD) Malaysia pada Senin (9/9)  melaporkan sejumlah pengguna media sosial kepada pihak kepolisian karena menuduh NRD telah memberikan kewarganegaraan kepada warga negara Tiongkok tanpa pandang bulu.

Melansir South China Morning Post, berita palsu bahwa warga China daratan diberikan kartu identitas Malaysia telah beredar di media sosial selama sebulan terakhir. Ini merupakan aksi terbaru dalam serangkaian upaya untuk menyulut ketegangan rasial pada saat hubungan antara etnis Tionghoa Malaysia dan Melayu pribumi berada di titik terendah.

"Informasi yang disebarkan melalui media sosial adalah palsu, dan laporan ini memungkinkan polisi untuk melakukan penyelidikan menyeluruh," Direktur Jenderal NRD Ruslin Jusoh mengatakan kepada wartawan pada konferensi pers yang digelar Senin (9/9).

Dia juga menolak adanya tudingan bahwa NRD melakukan diskriminasi dengan memberikan kewarganegaraan Malaysia kepada warga negara asing tertentu. "Ini tidak benar dan sebagai catatan, kami tidak memilih pelamar berdasarkan leluhur atau kebangsaan mereka dalam memberikan mereka kewarganegaraan Malaysia," kata Ruslin.

Baca Juga: Mahathir: Orang Melayu terus-terusan miskin karena malas bekerja

Di media sosial, terutama melalui Facebook dan Twitter, beredar foto yang diduga warga negara China pada kartu identitas biru Malaysia. Kartu biru, yang dikenal sebagai MyKad, hanya dikeluarkan untuk warga negara Malaysia.

Seorang wanita China yang telah menikah dengan warga Malaysia selama hampir 20 tahun dan diberikan kewarganegaraan di negara Asia Tenggara, adalah subjek dari salah satu unggahan di media sosial tersebut.

"Orang itu adalah pasangan dari warga Malaysia dan telah memenuhi semua persyaratan untuk menjadi warga negara berdasarkan Konstitusi Federal dan itu semua memenuhi syarat atas permohonannya untuk menjadi warga negara," kata Ruslin seraya menambahkan bahwa tidak mudah untuk mendapatkan kewarganegaraan Malaysia seperti yang dikutip South China Morning Post.

Ia mengatakan, orang Indonesia merupakan kelompok istri asing terbesar yang diberikan kewarganegaraan oleh Malaysia.

Baca Juga: Mahathir: Protes di Hong Kong menunjukkan keterbatasan satu negara dengan dua sistem

Analis politik Malaysia Azmi Hassan memperingatkan bahwa unggahan di media sosial yang viral itu dimaksudkan untuk menciptakan persepsi langkah itu merupakan rencana pemerintah saat ini untuk memberikan kewarganegaraan kepada orang asing, sebuah langkah yang akan menciptakan rasa ketidakpercayaan terhadap pemerintahan Pakatan Harapan yang berkuasa di antara orang Melayu.

“Ketika berita tentang orang asing yang mendapat kewarganegaraan diedarkan seolah-olah itu benar, strateginya adalah untuk menciptakan persepsi bahwa itu adalah kebijakan pemerintah saat ini ... dan tidak diragukan lagi untuk menciptakan kegelisahan karena hubungan antara China Tionghoa dan penduduk asli Melayu saat ini berada di titik terendah,” kata Azmi.

"Hasil akhirnya adalah bahwa orang Melayu tidak akan mempercayai pemerintah ... dan orang Melayu (merasa) bahwa mereka kehilangan negara karena orang asing menjadi nyata," tambahnya.

Etnis Tionghoa di Malaysia saat ini mencapai 22% dari 32 juta penduduk negara itu. Sementara, jumlah populasi Melayu-Muslim lebih dari 60% populasi.




TERBARU

[X]
×