kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -8.000   -0,52%
  • USD/IDR 15.791   -57,00   -0,36%
  • IDX 7.505   -68,76   -0,91%
  • KOMPAS100 1.157   -12,64   -1,08%
  • LQ45 913   -8,80   -0,96%
  • ISSI 228   -2,59   -1,12%
  • IDX30 469   -4,51   -0,95%
  • IDXHIDIV20 564   -3,86   -0,68%
  • IDX80 132   -1,34   -1,01%
  • IDXV30 139   -1,60   -1,13%
  • IDXQ30 156   -1,23   -0,78%

Mahathir: Orang Melayu terus-terusan miskin karena malas bekerja


Senin, 09 September 2019 / 11:05 WIB
Mahathir: Orang Melayu terus-terusan miskin karena malas bekerja


Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Hanya beberapa hari sebelum kampanye besar yang diselenggarakan oleh partai-partai oposisi berbasis agama dan ras Malaysia, Perdana Menteri Mahathir Mohamad meluncurkan kritik keras terhadap etnis  Melayu di negara tersebut.

Mahathir menyebut orang-orang suku Melayu terus-terusan miskin karena tak mau bekerja keras. Ia pun mengkritik sifat warga Melayu yang malah menyalahkan etnis lain karena kesuksesan mereka.

Baca Juga: Gerakan boikot produk non-Muslim di Malaysia bisa jadi bom waktu

Dalam sebuah postingan blog yang dikutip South China Morning Post, Mahathir mengatakan orang Melayu yang merupakan etnis mayoritas di Malaysia masih malas untuk bekerja.

“Orang Melayu harus menyadari apa yang terjadi pada mereka. Sayangnya, mereka belum sadar. Orang asing telah membanjiri negara kita. Tujuh juta orang asing ada di sini. Mereka bekerja. Apa yang akan terjadi pada orang Melayu?” Tulis Mahathir dalam blognya. 

Populasi Malaysia sendiri adalah sekitar 31 juta penduduk.

Mahathir, yang juga menjabat sebagai perdana menteri dari tahun 1981 hingga 2003, telah lama mencerca kurangnya dorongan bagi masyarakat Melayu untuk bekerja keras. 

Baca Juga: Mahathir: Protes di Hong Kong menunjukkan keterbatasan satu negara dengan dua sistem

Selama masa jabatan pertamanya sebagai perdana menteri, ia mendorong industrialisasi negara dan dengan giat mempromosikan kebijakan afirmatif berbasis ras yang bertujuan mengurangi ketidaksetaraan sosial ekonomi antara orang Melayu dan ras lain di Malaysia, yang mencakup etnis China dan India.

“Nasib kami ada di tangan kami sendiri. Marah dengan orang lain tidak akan menyelesaikan masalah kita. Karena [Melayu] tidak mau bekerja keras, untuk menjalankan bisnis dengan serius, mereka tetap miskin," tulis Mahathir.


Survei KG Media


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×