Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
Pernyataan Mahathir datang di tengah meningkatnya ketegangan rasial atas isu-isu yang dianggap sebagai bias pro-Islam dalam pendidikan publik, kehadiran seorang pengkhotbah Muslim India yang kontroversial, dan kampanye untuk memboikot produk-produk 'non-Muslim' oleh kelompok media sosial yang telah mengumpulkan ratusan ribu anggota.
Sementara orang non-Melayu menuduh pemerintah menjadi calo bagi pemilih Melayu, orang Melayu mempertanyakan apakah mereka dapat terus melindungi hak-hak istimewa mereka, yang diabadikan dalam konstitusi.
Baca Juga: Hong Kong mencekam: Aksi unjuk rasa damai berubah jadi rusuh, stasiun MTR dibakar
“Pernyataannya dibuat untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada etnis Tionghoa tentang posisi lemah orang Melayu dalam perekonomian, dan untuk mengirim pesan bahwa kemampuan orang Melayu untuk memboikot orang lain masih terbatas karena mereka bergantung pada etnis lain ketika berbicara soal ekonomi, ”kata ilmuwan politik Awang Azman dari Institut Studi Melayu Universitas Malaya.
Para pemimpin pemerintah - termasuk Mahathir dan wakil perdana menteri Wan Azizah Wan Ismail - telah mendesak warga Malaysia untuk mengabaikan semua seruan untuk boikot berbasis ras dan berfokus pada mendukung bisnis lokal.