Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - KYOTO. Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menilai protes yang berkelanjutan di Hong Kong menunjukkan keterbatasan dari kerangka satu negara, dua sistem yang dianut kota tersebut. Ia pun menyatakan keprihatinan bahwa China mungkin tidak mentolerir adanya eskalasi yang lebih lanjut.
Seperti diberitakan South China Morning Post, Mahathir yang sedang melakukan kunjungan ke Jepang mengatakan bahwa Beijing mungkin menggunakan kekuatan untuk mengakhiri kebuntuan jika situasi terus berlanjut atau memburuk.
Baca Juga: Melunak, China tawarkan proposal perdamaian untuk membeli produk pertanian AS
"Saya tidak pernah berpikir bahwa negara dengan dua sistem yang berbeda benar-benar dapat bekerja untuk waktu yang lama, dan cukup yakin hal ini telah terjadi," kata Mahathir.
"Jika mereka tidak bisa menangani ini dan aksi ini tidak berhenti, dan tuntutan untuk kemerdekaan semakin banyak, maka saya pikir China tidak akan mentolerir hal itu," lanjut dia.
Protes besar-besaran sejak Juni telah mengganggu jaringan transportasi di Hong Kong dan bandara internasionalnya.
Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam pada dua hari lalu mengumumkan bahwa dia membatalkan rancangan undang-undang ekstradisi yang memicu demonstrasi.
Baca Juga: Cuma diproduksi 63 unit, mobil hybrid Lamborghini seharga Rp 50 miliar ludes terjual
Tetapi para aktivis telah bersumpah untuk tidak menghentikan protes sampai tuntutan mereka yang lain dipenuhi, termasuk penyelidikan independen terhadap dugaan kebrutalan polisi terhadap para demonstran dan pembebasan tanpa syarat dari mereka yang ditahan.
Rancangan undang-undang yang diusulkan akan memungkinkan pemindahan tersangka kriminal ke yurisdiksi China daratan.
Aksi protes menjadi semakin keras dalam beberapa pekan terakhir. Namun para pejabat Hong Kong mengatakan mereka dapat menangani kerusuhan itu tanpa bantuan personel keamanan daratan.
Mahathir sendiri tengah berada di Kyoto untuk menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Doshisha dan untuk mengunjungi perusahaan teknologi tinggi.
Baca Juga: Televisi NBC akan membuat kembali drama Korea SKY Castle versi Amerika