Sumber: Reuters | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Berkshire Hathaway menunjukkan sikap hati-hati terhadap pasar keuangan, meski membukukan kenaikan laba signifikan pada kuartal ketiga. Perusahaan milik Warren Buffett ini masih menumpuk kas hingga mencapai rekor di US$ 381,7 miliar, tertinggi sepanjang sejarah.
Selama 12 kuartal berturut-turut, Berkshire lebih banyak menjual saham daripada membeli, termasuk pada portofolio senilai US$ 283,2 miliar yang mencakup saham Apple dan American Express. Perusahaan ini juga tidak melakukan pembelian kembali saham (buyback) dalam kuartal kelima secara beruntun, meskipun harga saham Berkshire tertinggal secara umum.
Baca Juga: Berkshire Hathaway Catat Laba Naik 34%, Kas Melonjak pada Kuartal III-2025
Laba operasional Berkshire naik 34% menjadi US$ 13,49 miliar, melampaui perkiraan analis. Laba bersih juga meningkat 17% menjadi US$ 30,8 miliar, didorong tuunnya kerugian di bisnis asuransi.
Namun, pendapatan tumbuh 2%, di bawah laju pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. "Berkshire, yang sering dianggap sebagai cerminan ekonomi AS, bahkan tidak bisa mengimbangi kinerja ekonomi nasional," kata Cathy Seifert, analis CFRA Research.
Buffett akan digantikan oleh Greg Abel, 63 tahun, Wakil Ketua Berkshire yang dikenal kerap terlibat langsung dalam mengelola bisnis. Meski pensiun dari posisi CEO, Buffett akan tetap menjabat sebagai ketua dewan direksi.
Masih belum jelas apa langkah Abel terhadap tumpukan kas raksasa Berkshire. Salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah pembayaran dividen pertama sejak 1967. Sebelumnya, pada 2 Oktober, Berkshire mengumumkan rencana memakai US$ 9,7 miliar untuk membeli bisnis kimia OxyChem milik Occidental Petroleum.
"Investor tidak sabar ingin melihat Berkshire menggunakan kasnya, dan mulai mencari peluang di tempat lain," ujar Tom Russo, mitra di Gardner Russo & Quinn. Selama Berkshire mengalokasikan modal untuk menambah nilai intrinsik per saham, investor tak perlu ragu. Berkshire saat ini memiliki 200 bisnis.













