Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja perusahaan otomotif global masih tertekan hingga triwulan III 2019. Ford Motor Co mencatatkan penurunan laba bersih, sedangkan Daimler hanya mampu menorehkan kenaikan tipis laba operasi karena turunnya margin dari penjualan Mercedes-Benz.
Mengutip Reuters, Kamis (24/10), Ford Motor melaporkan laba bersih sebesar US$ 425 juta di kuartal III, turun 57% yoy dari US$ 991 juta pada periode yang sama tahun lalu. Kinerja yang mengecewakan membuat Ford memutuskan memangkas perkiraan untuk laba operasional tahun ini.
Chief Executive Ford Jim Hackett menyebut perlambatan itu terjadi akibat biaya garansi yang tinggi, diskon yang lebih besar, dan melemahnya penjualan dari China. Dia menyebut tantangan yang dihadapi perusahaan rupanya lebih besar dari perkiraan sebelumnya.
Baca Juga: CEO Honda: Dua pertiga penjualan tahun 2030 dari mobil listrik
"Jadi kami tidak akan bisa mencatatkan laba sebelum bunga dan pajak seperti target sebelumnya," katanya.
Kuartal III, pendapatan Ford turun 2% menjadi US$ 37 miliar, namun masih lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yakni US$ 33,98 miliar.Hampir seluruh laba sebelum pajak yang dibukukan Ford disumbang dari penjualan di Amerika Utara. Ini merupakan pasar paling menguntungkan bagi perusahaan.
Tahun ini, Ford hanya menargetkan laba operasi sekitar US$ 6,5 miliar- US$ 7 miliar. Lebih rendah dari perkiraan yang ditetapkan perusahaan pada Juli 2019 lalu yakni sekitar US$ 7 miliar-US$ 7,5 miliar. Tahun 2018, Ford berhasil mencatat laba operasi US$ 7 miliar.
Baca Juga: Penjualan mobil Eropa di Indonesia stagnan sepanjang tahun 2019
Laba operasional Ford di Amerika Utara pada kuartal III hanya sekitar US$ 2 miliar. Penjualan AS di periode ini turun 4,9%, tetapi permintaan untuk pickup yang menguntungkan tetap kuat dengan peningkatan hampir 9%.
Pendapatan Cina di kuartal III turun sekitar US$ 300 juta menjadi US$ 900 juta dan pangsa pasanya turun menjadi 2,3% dari 2,9% tahun lalu. Ford tengah berjuang untuk menghidupkan kembali penjualan di China sejak bisnisnya mulai merosot pada akhir 2017.
Hackett memimpin Ford sejak Mei 2017 setelah pemecatan mendadak Mark Fields. Selama dua tahun, dia meminta investor untuk bersabar dengan restrukturisasi metodis yang telah membuat kemajuan, termasuk dengan melakukan aliansi dengan Volkswagen Ag dalam pembuatan kendaraan listrik dan menjual operasi yang merugi di India ke produsen mobil India, Mahindra & Mahindra.
Baca Juga: Penjualan mobil eropa masih berpotensi tumbuh
Tetapi berdasarkan perhitungan Ford sendiri, sebagian besar pekerjaan restrukturisasi belum dilakukan. Ini telah memesan hanya $ 3,3 miliar dari $ 11 miliar biaya yang diproyeksikan sebelumnya yang katanya akan mengambil untuk restrukturisasi global, naik dari US$2,2 miliar pada akhir kuartal kedua.
Adapun Daimler melaporkan mencatatkan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) hanya naik 8% menjadi 2,69 miliar euro dari dari 2,49 miliar euro pada periode tahun sebelumnya.
Namun, Daimler akan meninjau biaya setelah margin penjualan mobil Mercedes-Benz Cars turun menjadi 6% dari 6,3% pada periode tahun sebelumnya karena masalah produksi dimana mobil ini dilengkapi dengan filter anti-emisi yang mahal.
Baca Juga: Terbitnya PPnBM kendaraan listrik dinilai bisa jadi stimulus investasi dalam negeri
“Untuk menguasai transformasi dalam beberapa tahun ke depan, kita harus mengurangi biaya secara signifikan dan secara konsisten memperkuat arus kas kita,” kata Chief Executive Daimler Ola Kaellenius.