Sumber: Al Jazeera | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - LONDON. Dukungan keamanan mulai berdatangan ke Ukraina. Kali ini, giliran Inggris yang mengirimkan senjata anti-tank ke negara pecahan Uni Soviet tersebut.
Di hadapan anggota parlemen, Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace pada Senin (17/1) mengatakan, Inggris telah mengambil keputusan untuk memasok Ukraina dengan sistem senjata pertahanan anti-armor ringan.
Dilansir dari Al Jazeera, kloter pertama persenjataan akan dikirim pada Senin. Nantinya, sejumlah kecil pasukan Inggris juga akan dikirim untuk memberikan pelatihan singkat.
Hanya, Wallace tidak memerinci berapa jumlah dan jenis senjata anti-tank yang Inggris kirim ke Ukraina.
Baca Juga: Instansi Pemerintah Ukraina Diserang Malware, Ini Kata Microsoft
Dalam pengumumannya, Wallace hanya memastikan, senjata yang dikirim ke Ukraina bukanlah senjata strategis dan tidak akan menimbulkan ancaman bagi Rusia.
"Mereka (senjata) harus digunakan untuk membela diri. Ini adalah senjata jarak pendek, namun akan mampu membuat mereka yang mendekati Ukraina untuk berpikir ulang. Senjata ini akan menjadi bagian dari mekanisme pertahanan," kata Wallace.
Dalam laporan terpisah, Wallace juga menyoroti klaim Rusia tentang ancaman dari NATO. Wallace kembali menegaskan, aliansi militer negara Barat tersebut memiliki tujuan defensif.
"Rusia mencoba menunjukkan NATO sebagai upaya Barat untuk melanggar perbatasan mereka. Tapi kenyataannya, pertumbuhan keanggotaan aliansi ini adalah respons alami dari negara-negara tersebut terhadap aktivitas dan ancamannya sendiri," ungkap Wallace yang menyoroti minat Ukraina bergabung dengan NATO.
Baca Juga: Peringatan Inggris: Jika Serang Ukraina, Barat Jatuhkan Sanksi Keuangan ke Rusia
Dari Ukraina, Menteri Pertahanan Oleksii Reznikov jelas menyambut baik dukungan Inggris. Melalui akun Twitter resminya, Reznikov mengatakan, negaranya sangat menghargai keputusan Inggris untuk menyediakan paket keamanan baru dengan sistem senjata ringan, anti-armor, dan pertahanan.
Para pejabat Ukraina telah memperingatkan kemungkinan adanya invasi Rusia dari segala arah, termasuk dari wilayah Belarusia yang merupakan sekutu dekat Rusia.
Kekhawatiran semakin meningkat setelah Rusia dan Belarusia mengumumkan rencana latihan militer gabungan skala besar bulan depan. Lokasinya, tentu di dekat perbatasan Ukraina dan Belarusia.
Menurut laporan kantor berita BELTA pada Senin, Sekretaris Dewan Keamanan Belarusia Alexander Volfovich menyatakan, pasukan Rusia telah mulai tiba di negara itu untuk latihan.