Reporter: Barratut Taqiyyah, telegraph.co.uk, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
LIMA. Kongres Paraguay memecat Presiden Fernando Lugo pada hari ini (23/6). Lugo dinyatakan bersalah atas kasus sengketa lahan yang menyebabkan 17 orang tewas.
Tak lama setelah pemecatan tersebut diumumkan, Lugo menyatakan menerima hasil keputusan Kongres tersebut. "Saya menerima keputusan Kongres," jelasnya. Namun dia menambahkan, sejarah dan demokrasi Paraguay ternoda dengan adanya kejadian ini.
Keputusan Kongres tersebut menyebabkan ribuan pendukung Lugo marah. Sekitar 5.000 pendukung Lugo berkumpul di luar gedung parlemen dan merobohkan pagar. Mereka menganggap hal ini sebagai kudeta untuk menjatuhkan presiden. Untuk mengatasi hal tersebut, polisi Paraguay terpaksa menggunakan gas airmata dan semprotan air (water cannon).
"Kami tak mau kembali ke masa diktator," teriak salah seorang aksi demonstran, Mariadelia.
Selain memecat Presiden, Kongres juga langsung mengambil sumpah Wakil Presiden Federico Franco untuk menggantikan Lugo sebagai Presiden.
Sejumlah negara tetangga Paraguay turut prihatin atas masalah ini, Bolivia, Nicaragua, dan Venezuela berpendapat bahwa hal ini merupakan kudeta oleh kelompok imperialis terhadap pemerintahan yang populer.
Demikian pula halnya dengan AS yang akan terus memantau perkembangan politik di Paraguay. "Kami menginginkan adanya resolusi mengenai masalah ini sesuai dengan penegakan demokrasi dan undang-undang di Paraguay," jelas Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Victoria Nuland di Washington.