kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Korporasi Eropa butuh US$ 724 miliar untuk bisa pulih dari dampak pandemi


Rabu, 20 Januari 2021 / 17:49 WIB
Korporasi Eropa butuh US$ 724 miliar untuk bisa pulih dari dampak pandemi
ILUSTRASI. Warga mengenakan masker di Paris. REUTERS/Gonzalo Fuentes


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - PARIS. Uni Eropa harus segera mencari cara untuk kembali memulihkan bisnis agar neraca perusahaan tak mengganggu aksi pemulihan ekonomi menghadapi pandemi. 

Dalam catatan Kelompok Industri Keuangan, perusahaan-perusahaan di Eropa kini butuh modal sampai 600 miliar euro atau setara US$ 724 miliar. Ini lantaran sejumlah stimulus pemerintah dan pendanaan swasta tak mencukupi seluruh kebuthan senilai 1 triliun euro yang dibutuhkan untuk mengganti kerugian akibat pandemi. 

Otoritas Keuangan termasuk bank sentral Eropa dan Komisi Eropa juga telah memperingatkan kerentanan jika perusahaan memaksa meminjam uang di bank atau menerbitkan surat utang. Adapun industri telah meminta para politisi agar dapat memberikan bantuan kepada perusahaan yang layak untuk membenahi neraca.

Baca Juga: Hanya muncul 50 detik, ini yang Jack Ma katakan

“Sampai saat ini bantuan dari pemerintah, surat utang dan pinjaman bank telah membuat banyak bisnis di Eropa bertahan. Namun itu tak akan cukup untuk ke depannya. Agar bisnis bisa pulih, jenis pendanaan alternatif juga dibutuhkan,” ujar CEO AFME Adam Farkas dikutip dari Bloomberg, Rabu (20/1).

Sementara itu perpanjangan  pembatasan sosial oleh sejumlah negara Eropa juga telah membuat ekonom kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi. Dalam enam bulan ke depan, ECB bahkan menaksir akan adanya permintaan pinjaman besar-besaran dari para perusahaan yang didorong oleh kebutuhan likuiditas akibat perpanjangan pembatasan. 

Sayangnya perbankan tak akan bermurah hati melihat kondisi seperti ini. Ini bisa jadi tantangan buat perusahaan kecil, atau perusahaan berbasis keluarga di Eropa yang hanya mengandalkan pinjaman bank, dan kerap kesulitan mengakses pasar modal. AFME pun menganjurkan agar Uni Eropa mulai mengadopsi skema pendanaan hibrid, skema yang sejatinya populer namun tidak di Eropa. 

“Penyelarasan yang lebih besar dalam regulasi dan pajak di seluruh Uni Eropa ditambah kesadaran perusahaan dengan opsi yang tersedia. Instrumen hibrid menawarkan solusi yang membantu  perusahaan untuk tak terlalu tergantung dengan dukungan pemerintah, dan membuka akses pasar modal lebih besar,” tulis laporan AFME.

Baca Juga: Musnahkan 19,2 juta unggas, harga telur dan daging ayam di Korea Selatan melejit

Uni Eropa telah berupaya memperkuat pasar modal selama beberapa tahun terakhir, namun sedikit kemajuannya. Adapun imbas pandemi, beberapa ketentuan seperti penelitian investasi dibatalkan. 

Selain memperlonggar akses ke pasar modal, Otoritas juga diharapkan dapat mendorong sejumlah program yang ada guna membantu likuiditas perusahaan. Seperti penempatan dana 25 miliar Euro oleh European Investment Bank untuk disalurkan menjadi kredit hingga 200 miliar Euro.

Selanjutnya: Cegah corona meluas, Beijing kunci Distrik Daxing berpenduduk 1,6 juta orang




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×