Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mulai sekarang semua kalangan sudah mesti mulai menyadari permasalahan air. Ancaman krisis air sudah di depan mata akibat perubahan iklim, pembangunan infrastruktur yang tidak ramah lingkungan, dan banyak ulah-ulah buruk manusia yang bikin rusak alam.
Penggunaan air tanah mulai perlu dilakukan secara hati-hati dan konsep pembangunan-pembangunan juga sudah harus diperhatikan agar tidak semakin merusak ekosistem alam
Baca Juga: Ekspor melambat, perekonomian Jerman tertekan
Lembaga riset yang berkantor di Washington DC, World Resources Institute (WRI) menyatakan, sebanyak 1,8 miliar orang di 17 negara saat ini atau sekitar seperempat dari populasi dunia hidup di wilayah dengan persediaan air yang tak sebanding dengan kebutuhan warganya. Kekurangan stok air itu berpotensi mengarah ke kondisi krisis air parah pada beberapa tahun mendatang.
Hasil analisis yang dirilis WRI pada Selasa (6/8) seperti dikutip Bloomberg itu menyebutkan, sebanyak 12 negara yang tengah menghadapi ketidakseimbangan antara pasokan air dan kebutuhan tersebut ada di wilayah Timur tengah dan Afrika Utara. Sedangkan yang lainnya ada di India, Pakistan, San Marino di Eropa, Botswana di Afrika dan Turkmenistan di Asia Tengah.
Kondisi udara yang panas dan mulai berkurangnya pasokan air telah mendorong negara-negara di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara ke kondisi krisis. Qatar disebut sebagai negara yang paling berisiko dari kelangkaan air dan sangat bergantung pada sistem desalinasi air laut untuk memasok air minum kepada masyarakat dan industri.
Baca Juga: Saingan utama Uber di AS ini bukukan pertumbuhan pendapatan hingga 72%
Dampak ekonomi dari krisis air parah telah terjadi di tahun ini di kota Chennai, India selatan dengan jumlah penduduk 7,1 juta orang. Gelombang panas dan penundaan musim hujan di bulan-bulan musim panas membuat beberapa danau air tawar Chennai mengering.
Kondisi itu telah memicu protes dan kekerasan di Chennai sehingga mengakibatkan gangguan bisnis. Perusahaan teknologi meminta karyawannya untuk bekerja dari rumah.
Negara-negara yang menghadapi tekanan air sangat tinggi, menggunakan sekitar 80% dari pasokan air permukaan dan air tanah yang tersedia per tahun. Kekeringan kecil saja bisa berefek parah ke negara ini.
Baca Juga: Sepekan ini, yuan China melemah 1,68%
India, yang berada di peringkat ke-13 dalam daftar negara dengan risiko air yang sangat tinggi karena populasinya yang sangat tinggi. India Utara saat ini menghadapi penipisan air tanah yang ekstrim.
"Kami memiliki ketergantungan yang sangat tinggi pada air tanah untuk memenuhi tuntutan kami. Kami mengelola air tanah sangat buruk karena tidak terlihat. " kata Paul Reig, pemimpin Aqueduct yang terlibat di WRI.