Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – SEOUL. Perusahaan baterai kendaraan listrik asal Korea Selatan, LG Energy Solution Ltd (LGES), membukukan lonjakan laba operasional pada kuartal II-2025.
Namun, perusahaan memperingatkan potensi perlambatan permintaan ke depan, seiring ketidakpastian kebijakan dan tarif baru dari Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Perang Pecah antara Thailand-Kamboja, Ini Penyebab dan Kondisi WNI di Perbatasan
LGES, pemasok utama baterai bagi produsen otomotif seperti Tesla, General Motors (GM), dan Volkswagen mencatat laba operasional sebesar 492 miliar won (setara US$ 358,73 juta) pada periode April–Juni 2025.
Angka ini melonjak lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 195 miliar won.
Capaian ini juga melampaui proyeksi konsensus analis dalam SmartEstimate LSEG yang mematok laba operasional LGES di kisaran 298 miliar won.
Menurut LGES, lonjakan laba ini sebagian disebabkan oleh permintaan yang ditarik ke depan (front-loaded demand), saat pelanggan bergegas menimbun pasokan baterai sebelum pemberlakuan tarif baru AS terhadap komponen EV impor.
Baca Juga: Prancis Akui Negara Palestina, Macron Akan Umumkan di PBB pada September 2025
Namun, jika tidak memperhitungkan kredit pajak yang diperoleh melalui Undang-Undang Pengurangan Inflasi (Inflation Reduction Act / IRA) di AS, LGES hanya akan mencatat laba operasional sebesar 1,4 miliar won di kuartal tersebut.
Setelah pengumuman kinerja keuangan ini, saham LGES justru terkoreksi 1,9% di bursa Korea.
Ke depan, LGES menyampaikan kekhawatiran atas potensi pelemahan permintaan, terutama dari pasar AS.
Pelanggannya seperti GM dan Tesla kini tengah bersiap menghadapi dampak tambahan dari tarif perdagangan baru dan berakhirnya subsidi federal untuk pembelian EV, yang dijadwalkan berhenti pada 30 September 2025.
Ketidakpastian kebijakan ini berisiko menghambat laju pertumbuhan industri kendaraan listrik, yang sebelumnya ditopang oleh berbagai insentif fiskal.