kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   -20.000   -1,06%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

Laba SingTel di Asia Kian Tergerus


Selasa, 10 Februari 2009 / 10:23 WIB
Laba SingTel di Asia Kian Tergerus


Sumber: Bloomberg, Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

SINGAPURA. Tak ada satu pun perusahaan yang bisa melepaskan diri dari jeratan krisis finansial global. Tak terkecuali perusahaan telpon terbesar di Asia Tenggara, Singapore Telecommunications Ltd (SingTel). Lihat saja, laba yang diperoleh perusahaan asal Singapura ini pada kuartal terakhir 2008 anjlok tajam dalam dua tahun terakhir seiring dengan penguatan dolar Singapura dan tingginya persaingan bisnis di beberapa negara.

Pendapatan bersih SingTel melorot 16% menjadi SS$ 799 juta atau US$ 535 juta atau 5,01 sen Singapura per saham. Tahun 2007, pendapatan SingTel mencapai S$ 952 juta atau 5,96 sen per saham.

Asal tahu saja, penguatan dolar Singapura terhadap mata uang negara lain benar-benar menggerus pendapatan SingTel. Pada tahun lalu, dolar Singapura menguat 23% terhadap rupe India dan 15% terhadap rupiah Indonesia.

Selain itu, perusahaan yang kini dipimpin oleh CEO Chua Sock Koong juga harus menghadapi tantangan penurunan pendapatan yang lebih dalam. Pasalnya, krisis global memicu konsumen memangkas anggaran belanjanya. Satu lagi, tingkat persaingan di Australia, India dan Indonesia juga semakin meningkat.

"Tingkat kompetisi, terutama di pasar Indonesia, sangat tinggi. Tarif telpon sangat murah dan melemahnya dolar Aussie, rupe India dan rupiah Indonesia sangat memukul pendapatan SingTel," papar Theo Mass, Analis Fortis Investment Partners di Sydney.

Sebagai salah satu bukti, pendapatan bersih dari anak-anak usaha di Asia menurun 24% menjadi S$ 374 juta. Kontribusi dari PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) terjun bebas 51% menjadi S$ 110 juta seiring murahnya tarif dan pelemahan rupiah.

Sementara itu, pendapatan bersih SingTel Optus Pty tidak banyak mengalami perubahan di level A$ 143 juta atau US$ 97 juta. Tingkat penjualan SingTel Optus di Australia naik 10% menjadi A$ 2,2 miliar.

Saat ini operator telekomunikasi di Asia menghadapi persaingan tinggi di Australia seiring Vodafone Group Plc dan Hutchison Telecommunications Ltd milik miliarder Hongkong Li Ka Shing, menggabungkan operasionalnya di Negara Kanguru itu untuk menantang Optus dan market leader Telstra Corp.

"Merger antara Vodafone dan Hutch akan menjadi tantangan hebat bagi Optus," kata Nathan Burley, Analyst Market Researcher Ovum.

Sementara itu, Bharti yang merupakan operator telepon terbesar India, pada 22 Januari lalu melaporkan kinerja kuartal tiganya pada tahun keuangan ini. Laba Bharti mengalami kenaikan 26%, yang merupakan pertumbuhan terendah dalam enam kuartal berturut-turut. Pesaing terdekat Bhartie, Reliance Communications Ltd, pada Desember lalu memulai layanan wireless service yang didasarkan pada sistem global untuk komunikasi mobile yang sebelumnya diluncurkan Bharti.



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×