Sumber: BBC,Bloomberg | Editor: Hendra Gunawan
LONDON. Kinerja Standard Chartered Bank tertekan. Beban keuangan yang lebih tinggi menyebabkan Standard Chartered mencatat penurunan laba operasional hingga 16% pada kuartal ketiga 2014 menjadi US$ 1,53 miliar. Sedangkan, laba operasional dalam sembilan bulan pertama tahun ini turun 19% menjadi US$ 4,8 miliar.
Beban keuangan terutama berasal dari kredit bermasalah dan biaya operasional. Kemungkinan besar, laba bersih Standard Chartered pun akan turun karena pajak neraca perbankan yang lebih tinggi dari Pemerintah Inggris. Beban yang makin berat juga berasal dari biaya restrukturisasi.
Adapun, pendapatan operasional bank asal Inggris ini naik 1% menjadi US$ 4,5 miliar. Pada periode yang sama, beban naik 4% menjadi US$ 2,5 miliar. Sedangkan kerugian dan pencadangan dari kredit bermasalah naik 86% menjadi US$ 536 juta.
Andrew Clarke, Director of Trading Mirabaud Asia mengatakan, Standard Chartered memiliki banyak masalah. "Tantangan terbesar adalah mengatasi masalah di wilayah seperti Korea dan tata kelola internal perusahaan," kata Clarke kepada Bloomberg.
Penyebab kerugian Standard Chartered, antara lain kerugian di unit usaha Korea Selatan serta pembayaran denda US$ 300 juta ke Amerika Serikat karena tidak melaporkan transaksi mencurigakan. Agustus lalu, Standard Chartered menyatakan kemungkinan ada pembayaran denda kedua.
CEO Standard Chartered Peter Sands mengatakan, pihaknya tengah menjalankan strategi yang diperbarui, termasuk mengelola prioritas investasi, melepas bisnis non inti, mengurangi risiko portofolio tertentu dan realokasi modal. "Kami menargetkan lebih dari US$ 400 juta perbaikan produktivitas tahun depan serta memperbaiki bisnis di Korea," kata Sands, Selasa (28/10).
Asia menjadi wilayah penting bagi bisnis perbankan Standard Chartered. Pasalnya, 75% pendapatan bank ini berasal dari Asia. "Kami masih berhati-hati di India, China dan di pasar komoditas yang semakin kami batasi," kata Sands seperti dikutip BBC.
Pajak perbankan di Inggris yang lebih tinggi, serta ongkos restrukturisasi akan menekan laba Standard Chartered hingga akhir tahun. "Kami memperkirakan laba sebelum pajak di semester kedua akan lebih rendah ketimbang periode yang sama tahun lalu," kata bank ini dalam pernyataan.
Kinerja yang memburuk ini menyeret harga saham Standard Chartered. Harga saham bank ini mencapai level terendah sejak Mei 2009. Sejak awal tahun, harga saham Standard Chartered merosot 24%. Ini merupakan salah satu saham dengan kinerja terburuk di FTSE 350 Banks Index.