Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - Saham Swatch Group AG mengalami penurunan terbesar dalam empat tahun setelah penjualan dan laba anjlok di tengah perlambatan yang disebabkan oleh Tiongkok.
Grup yang terdiri dari merek Omega, Blancpain dan perhiasan Harry Winston melaporan penurunan laba operasional sekitar 70% dan penurunan penjualan sebesar 14% selama semester I 2024.
Melansir Reuters, Chief Executive Swatch Group, Nick Hayek mengatakan perusahaannya telah memangkas produksi lebih dari 20% sambil menjaga tenaga kerja untuk mengatasi penurunan ini. Apa yang terjadi sebenarnya semakin membuktikan penurunan permintaan barang-barang mewah di Tiongkok karena konsumen menghindari pembelian barang mahal.
“Dampak besarnya terutama berasal dari Tiongkok,” katanya.
Baca Juga: CEO Swatch: Pembeli Jam Tangan di China Ragu Saat Harga Terasa Lebih Tinggi
Menurutnya pasar Tiongkok termasuk Hong Kong dan Makau diperkirakan akan tetap menjadi tantangan bagi seluruh industri barang mewah hingga akhir tahun. Merek dengan harga masuk seperti Swatch dan Tissot akan memiliki harga yang lebih baik dibandingkan merek mewah seperti Omega, Blancpain dan Breguet.
Untuk saat ini, Hayek bilang masih berusaha mempertahankan pekerjanya, agar suatu saat bisa bersiap ketika pasar pulih. Namun jika tidak, tidak menutup kemungkinan ia akan memangkas angkatan kerja lebih dari 30%.
Luca Solca, analis RBC Piral Dadhania mengatakan merek utama perusahaan Omega menderita karena lebih banyak model yang tersedia di ritel dari saingannya, Rolex.
Seperti pembuat jam tangan mewah lainnya, Swatch berada di bawah tekanan sejak melonjaknya inflasi yang menyebabkan konsumen membatasi pengeluaran setelah booming pandemi. Pembeli yang kurang kaya adalah pihak yang paling terdampak, sehingga memukul penjualan model entry-level dan harga menengah.
Saham Swatch Group turun sebanyak 10% di awal perdagangan Zurich, terbesar sejak Maret 2020. Saham Swatch telah menurun sekitar 17% pada tahun 2024.