Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BEIJING. Pada Kamis (7/1), bank sentral China kembali memangkas nilai tukar yuan. Tidak tanggung-tanggung, pelemahan yuan hari ini merupakan pelemahan terbesar sejak kebijakan devaluasi mengejutkan pada Agustus lalu.
Dampak dari kebijakan ini, pasar saham China ditutup selang 30 menit setelah pasar dibuka. Sementara, pasar saham di Asia berguguran satu per satu.
Asal tahu saja, People's Bank of China (PBOC) menetapkan nilai tukar yuan pada hari ini di level 6,5646 per dollar AS. Level tersebut lebih lemah 0,51% dibanding penetapan nilai tukar Rabu (6/1).
Berdasarkan data Reuters, nilai pelemahan yuan tersebut merupakan perubahan terbesar sejak 13 Agustus lalu. Sekadar informasi, yuan ditutup pada level 6,5554 pada Rabu.
Saat ini, PBOC hanya menolerir nilai tukar yuan di pasar spot naik atau turun maksimum sebesar 2% terhadap dollar AS.
Devaluasi yuan yang dilakukan hari ini mengguncang market. Di pasar offshore, misalnya, yuan keok ke rekor terendah di level 6,7511 per dollar sebelum akhirnya pulih ke level 6,6910 yang diduga akibat intervensi bank sentral. Sedangkan nilai tukar yuan di pasar onshore melemah ke posisi 6,5932.
Pelaku pasar melihat, langkah China mendevaluasi mata uangnya bukanlah upaya mereka untuk mendongkrak ekspor. Langkah ini juga merefleksikan derasnya arus dana yang hengkang dari Negeri Panda.
"PBOC sepertinya tidak mungkin membiarkan pelemahan yuan secara tidak terkontrol. Mereka memiliki kekuatan untuk mengatur percepatan dan pelemahan yuan. Namun jelas terlihat pasar mata uang China lebih fleksibel dan pasar ingin agar terjadi perubahan pada pasar mata uang," jelas Jason Daw, head of Asian foreign exchange strategy Societe Generale.
Daw meramal, nilai tukar yuan di pasar onshore akan mencapai 6,80 pada akhir kuartal empat 2016.