Reporter: Issa Almawadi | Editor: Dessy Rosalina
SEPERTI kebanyakan pesohor dunia, Michael Jordan menuangkan lika-liku kehidupannya dalam sebuah buku. Sejumlah buku tentang perjalanan hidup Jordan telah terbit sejak dia berkarier di NBA pada tahun 1984 silam.Meski telah gantung sepatu di tahun 2003, kehidupan Jordan masih menjadi magnet bagi jutaan masyarakat dunia. Buku terbaru tentang legenda lapangan basket ini dirilis pada Mei 2014.
Penulis Roland Lazenby meluncurkan buku kehidupan Jordan berjudul Michael Jordan: The Life. Fakta baru yang terkuak dari buku ini adalah kebencian Jordan terhadap ras kulit putih. Kebencian ini berakar kuat dalam diri Jordan akibat perlakuan rasis. Pria kelahiran 17 Februari 1963 ini berkisah, dirinya tumbuh dewasa dengan perlakuan rasis.
Buku terbitan New York Post itu menggambarkan bagaimana Jordan tumbuh di North Carolina pada tahun 1970. Kala itu, gerakan Klu Klux Klan atau gerakan sebelah mata terhadap kaum kulit hitam tengah berkembang pesat. Satu salah satu kisah Jordan tentang rasisme adalah ketika seorang gadis remaja memanggilnya negro.
"Saya melemparkan soda ke gadis itu. Saya benar-benar kesal. Saat itu, saya merupakan korban rasis. Itu membuat saya tidak suka dengan kulit putih," ungkap Jordan. Kejadian itu berlangsung saat Jordan duduk di bangku sekolah. Atas kejadian itu, Jordan menerima hukuman skorsing dari sekolah. Seiring berjalannya waktu, sang ibu menasihati Jordan agar melepaskan kebencian terhadap ras lain.
Jordan terus menyuarakan gerakan anti-rasis. Belum lama ini, Jordan melontarkan kecaman terhadap pemilik klub NBA Long Angeles Clippers, Donald Sterling. April 2014, beredar rekaman pembicaraan antara Sterling dan rekannya. Dalam rekaman itu, Sterling mengomentari foto sang rekan yang berdampingan dengan orang berkulit hitam dengan nada mencemooh.
Kejadian ini memicu Jordan menuntut NBA memaksa Sterling menjual kepemilikan sahamnya di Clippers. "Sebagai mantan pemain NBA, saya benar-benar marah," ucap dia. Jordan tidak menyangka perlakuan rasisme masih terjadi di Amerika Serikat (AS), khususnya di dunia olahraga basket yang banyak melahirkan pemain handal keturunan Afrika-Amerika.
Selain tindakan rasis, kehidupan Jordan juga penuh lika-liku. Masih di buku yang sama, Jordan mengungkap bahwa keluarganya pernah terlibat bisnis minuman keras atau wiski ilegal. Tidak cuma itu, kehidupan keluarga Jordan menjadi sorotan setelah saudara perempuan tertua Jordan, Delores Jordan, mengungkap bahwa ayah mereka melakukan pelecehan seksual sewaktu ia kecil.
Buku lain yang mengulas kehidupan Jordan adalah Playing for Keeps: Michael Jordan and the World He Made karya David Galberstam yang terbit pada tahun 2000. Buku ini menggambarkan sosok Jordan yang memengaruhi budaya dan sejarah AS.
Galberstam menggambarkan bagaimana keahlian yang dimiliki Jordan berhasil membuatnya menjadi pemain basket terbesar dalam sejarah AS dan masuk jadi salah satu pesohor dunia.
Nama Jordan juga tertuang dalam buku Walter LaFeber. Buku berjudul Michael Jordan and The New Global Capitalism itu terbit pada 17 September 2002. LaFeber menulis biografi, sejarah sosial dan kritik ekonomi Jordan. Buku itu menggambarkan merek sepatu Air Jordan, yang sukses menghasilkan uang berlimpah meski Jordan sudah pensiun dari NBA.
Merek Nike Air Jordan menjadi salah satu ikon ekonomi AS yang sukses terjual di pasar global. Jordan adalah gambaran tentang globalisasi AS di ekonomi dunia.