Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - PARIS. Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan kesiapannya untuk membahas kemungkinan perluasan perlindungan nuklir Prancis bagi mitra-mitra Eropa.
Pernyataan ini disampaikan dalam pidato yang disiarkan televisi pada Rabu (5/3), di mana ia menegaskan bahwa Eropa harus menghadapi ancaman dari Rusia.
Saat ini, Prancis dan Inggris merupakan satu-satunya negara di Eropa yang memiliki senjata nuklir. Macron menegaskan bahwa pencegah nuklir Prancis bersifat mandiri dan sepenuhnya berada dalam kendali negaranya. Namun, ia juga menyatakan kesiapannya untuk membuka diskusi strategis mengenai perlindungan sekutu Eropa melalui kapabilitas nuklir Prancis.
Baca Juga: Prancis Tegaskan Penggunaan Rudal untuk Serangan Jarak Jauh Ukraina Opsi Terbuka
Langkah ini disebutnya sebagai respons terhadap permintaan Kanselir Jerman masa depan, Friedrich Merz, yang sebelumnya mempertanyakan masa depan NATO dan mendorong pembicaraan dengan Prancis serta Inggris mengenai perluasan perlindungan nuklir.
Dalam pidatonya, Macron juga menyoroti perlunya peningkatan anggaran pertahanan Prancis serta dukungan berkelanjutan bagi Ukraina.
Ia mengakui kekhawatiran publik terhadap ancaman Rusia serta ketidakpastian terkait kebijakan pemerintahan baru Amerika Serikat yang berpotensi mengubah tatanan internasional.
Ia menyatakan harapan agar AS tetap menjadi sekutu Eropa, namun menegaskan bahwa Eropa harus siap menghadapi kemungkinan lain.
Macron menegaskan bahwa Rusia merupakan ancaman bagi Prancis dan Eropa. Ia mengingatkan bahwa bersikap pasif dalam menghadapi situasi ini adalah tindakan yang tidak bijak.
Baca Juga: Presiden Prancis Serukan Setop Pengiriman Senjata ke Israel untuk Pertempuran Gaza
Sementara itu, negara-negara Eropa tengah berupaya meningkatkan anggaran pertahanan serta mempertahankan dukungan bagi Ukraina, terutama setelah Presiden AS Donald Trump membekukan bantuan militer untuk Kyiv dan memicu keraguan mengenai komitmen Washington terhadap NATO.
Lebih lanjut, Macron menyatakan harapannya untuk mencegah AS mengenakan tarif lebih tinggi terhadap impor Eropa.
Ia juga menyinggung sejarah strategi penangkalan nuklir Prancis yang dikembangkan oleh Presiden Charles de Gaulle pada masa Perang Dingin untuk memastikan kemandirian dari kekuatan besar dunia, seperti AS dan Uni Soviet.
Saat ini, Prancis memiliki sistem penangkal nuklir berbasis udara dan laut, dengan jet tempur Rafale serta kapal selam nuklir yang dapat melancarkan serangan kapan saja atas instruksi presiden.
Menurut Federasi Ilmuwan Amerika, AS dan Rusia saat ini memiliki sekitar 88% dari total persediaan senjata nuklir dunia. Prancis diperkirakan memiliki 290 hulu ledak nuklir, sementara Inggris memiliki 225.
Baca Juga: Indonesia Melirik Nuklir untuk Energi Masa Depan
Wacana Macron mengenai perluasan perlindungan nuklir ini sebelumnya telah memicu kritik dari pemimpin sayap kanan Prancis, Marine Le Pen.
Pidato Macron disampaikan menjelang pertemuan puncak Uni Eropa yang berfokus pada isu pertahanan. Ia juga menegaskan bahwa peningkatan belanja pertahanan Prancis tidak akan didanai melalui kenaikan pajak, melainkan dengan pengambilan keputusan yang sulit di sektor lain.
Namun, rencana ini berpotensi menghadapi tantangan besar mengingat kondisi defisit anggaran Prancis yang masih tinggi.
Pernyataan Macron muncul setelah Inggris dan Jerman mengumumkan rencana peningkatan anggaran pertahanan mereka. Selain itu, pidato ini juga disampaikan di tengah upaya diplomasi Eropa yang bertujuan untuk memperkuat dukungan bagi Ukraina dan memperbaiki hubungan antara Washington dan Kyiv.
Baca Juga: Taiwan Buka Peluang Gunakan Energi Nuklir untuk Perkuat Industri Semikonduktor
Para diplomat mengungkapkan bahwa Prancis dan Inggris tengah menyusun rencana perdamaian dengan Ukraina yang diharapkan dapat diselesaikan dalam beberapa hari ke depan sebelum disampaikan kepada Amerika Serikat.