Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Ia juga menyinggung sejarah strategi penangkalan nuklir Prancis yang dikembangkan oleh Presiden Charles de Gaulle pada masa Perang Dingin untuk memastikan kemandirian dari kekuatan besar dunia, seperti AS dan Uni Soviet.
Saat ini, Prancis memiliki sistem penangkal nuklir berbasis udara dan laut, dengan jet tempur Rafale serta kapal selam nuklir yang dapat melancarkan serangan kapan saja atas instruksi presiden.
Menurut Federasi Ilmuwan Amerika, AS dan Rusia saat ini memiliki sekitar 88% dari total persediaan senjata nuklir dunia. Prancis diperkirakan memiliki 290 hulu ledak nuklir, sementara Inggris memiliki 225.
Baca Juga: Indonesia Melirik Nuklir untuk Energi Masa Depan
Wacana Macron mengenai perluasan perlindungan nuklir ini sebelumnya telah memicu kritik dari pemimpin sayap kanan Prancis, Marine Le Pen.
Pidato Macron disampaikan menjelang pertemuan puncak Uni Eropa yang berfokus pada isu pertahanan. Ia juga menegaskan bahwa peningkatan belanja pertahanan Prancis tidak akan didanai melalui kenaikan pajak, melainkan dengan pengambilan keputusan yang sulit di sektor lain.
Namun, rencana ini berpotensi menghadapi tantangan besar mengingat kondisi defisit anggaran Prancis yang masih tinggi.
Pernyataan Macron muncul setelah Inggris dan Jerman mengumumkan rencana peningkatan anggaran pertahanan mereka. Selain itu, pidato ini juga disampaikan di tengah upaya diplomasi Eropa yang bertujuan untuk memperkuat dukungan bagi Ukraina dan memperbaiki hubungan antara Washington dan Kyiv.
Baca Juga: Taiwan Buka Peluang Gunakan Energi Nuklir untuk Perkuat Industri Semikonduktor
Para diplomat mengungkapkan bahwa Prancis dan Inggris tengah menyusun rencana perdamaian dengan Ukraina yang diharapkan dapat diselesaikan dalam beberapa hari ke depan sebelum disampaikan kepada Amerika Serikat.