kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.739   21,00   0,13%
  • IDX 7.480   0,54   0,01%
  • KOMPAS100 1.157   2,51   0,22%
  • LQ45 918   4,40   0,48%
  • ISSI 226   -0,78   -0,35%
  • IDX30 474   2,88   0,61%
  • IDXHIDIV20 571   3,56   0,63%
  • IDX80 132   0,52   0,39%
  • IDXV30 140   1,17   0,84%
  • IDXQ30 158   0,64   0,41%

Macron: Jangan Bergantung Pada AS, Eropa Harus Bangun Sistem Pertahanan Udara Sendiri


Selasa, 20 Juni 2023 / 14:38 WIB
Macron: Jangan Bergantung Pada AS, Eropa Harus Bangun Sistem Pertahanan Udara Sendiri
ILUSTRASI. Presiden Prancis Emmanuel Macron berbicara saat mengunjungi Universitas Sun Yat-sen di Guangzhou, China, 7 April 2023. REUTERS/Gonzalo Fuentes


Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - PARIS. Presiden Prancis, Emmanuel Macron, meminta agar negara-negara Eropa untuk membangun sistem pertahanan udara secara mandiri agar tidak terus bergantung pada industri militer Amerika Serikat.

Bagi Macron, perang antara Rusia dan Ukraina telah melahirkan urgensi baru sehingga negara-negara Eropa harus mampu segera bertindak sendiri tanpa harus bergantung pada kekuatan lain.

"Mengapa kita masih terlalu sering membeli (sistem pertahanan) Amerika? Karena orang Amerika telah membuat standar lebih banyak daripada yang kita miliki, dan mereka sendiri memiliki agen federal yang memberikan subsidi besar-besaran kepada pabrikan mereka," kata Macron, dikuitp AP News.

Macron menyampaikan pesannya itu dalam pidato penutupan konferensi di Paris yang mengumpulkan para menteri pertahanan dan perwakilan lain dari 20 negara Eropa.

Baca Juga: Latihan Militer Skala Besar NATO Dimulai, Libatkan 10.000 Personel dan 250 Pesawat

Pembicaraan itu membahas berbagai macam hal, termasuk pertempuran anti-drone dan pertahanan rudal balistik. Invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina dianggap telah menunjukkan pentingnya peralatan semacam itu.

Pencegahan senjata nuklir juga menjadi agenda dalam forum tersebut.

Di antara negara-negara yang ikut serta dalam pertemuan itu adalah Jerman, Inggris, dan Swedia serta tetangga Ukraina, Polandia, Slovakia, Hongaria, dan Rumania. Perwakilan NATO dan Uni Eropa juga hadir.

Pada kesempatan itu, Prancis secara terbuka mengkritik rencana yang dipimpin Jerman untuk meningkatkan kemampuan pertahanan udara Eropa.

Baca Juga: China: Mayoritas Negara Asia-Pasifik Menolak Ekspansi NATO di Kawasan Mereka

Sebuah proyek bernama Perisai Langit Eropa (European Sky Shield Initiative) diluncurkan pada akhir tahun lalu dan melibatkan 17 negara Eropa termasuk Inggris, tetapi Prancis tidak ada di dalamnya. Proyek itu dimaksudkan untuk diintegrasikan dalam sistem pertahanan udara dan rudal NATO.

"Dengan European Sky Shield Initiative, kami menyatukan negara-negara Eropa untuk bersama-sama meningkatkan perlindungan terhadap rudal balistik, rudal jelajah, dan drone," kata Kanselir Jerman Olaf Scholz pada konferensi pers bersama Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg di Berlin hari Senin pagi.

Pemerintah Prancis yakin proyek tersebut tidak cukup menjaga kedaulatan Eropa, karena pada dasarnya masih akan tetap bergantung pada industri AS dan Israel.

Rencana yang dipimpin Jerman diharapkan menampilkan sistem Israel Arrow 3 dan membangun kemampuan rudal Patriot AS yang ada.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×