Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Rizki Caturini
NEW YORK. Perusahaan pelayaran logistik terbesar dunia, AP Moeller Maersk memilih ekspansi anorganik untuk menggenjot kinerja bisnis. Langkah tersebut diambil setelah ekspansi organik seperti menambah kapal baru urung dilakukan. Salah satu ekspansi yang hendak dilakukan perusahaan ini adalah akuisisi perusahaan serupa.
Jefferies International Ltd, investment banking asal Amerika Serikat seperti dikutip Bloomberg mengatakan, ada dua perusahaan pelayaran di Korea Selatan yang menjadi incaran Maersk. David Kerstens, analis transportasi Jefferies di London dalam sebuah wawancara menyebutkan, Hanjin Shipping Co dan Hyundai Merchant Marine Co merupakan dua perusahaan yang berpotensi diambil alih Maersk.
Pasalnya pada bulan lalu, Hanjin Shipping Co mengajukan perlindungan pailit. Sedangkan Hyundai sedang melakukan restrukturisasi utang. Dua perusahaan itu disebut membutuhkan mitra yang kuat seperti Maersk. Maklum Maersk merupakan perusahaan pelayaran yang memiliki neraca keuangan stabil dan kuat untuk mengambil alih perusahaan.
"Maersk pemimpin pasar pasti akan berpartisipasi dalam konsolidasi. Mereka harus memilikinya," kata Kerstens. Meski demikian, dia juga menyebutkan, hambatan terbesar Maersk akuisisi adalah rata-rata perusahaan kontainer dan pelayaran terbesar sudah memiliki aliansi, grup besar atau milik pemerintah. Dia menambahkan, skenario yang paling mungkin Maersk mengambil alih aset Hyundai dan Hanjin.
Akuisisi jalan terbaik
Chairman Maersk Michael Pram Rasmussen seperti dikutip Bloomberg pada pekan lalu mengatakan, akuisisi akan menjadi jalan terbaik bagi mereka. Strategi akuisisi dilakukan untuk menghindari membanjirnya jumlah kapal baru. Meski demikian, ia enggan mengomentari potensi untuk mengakuisisi Hanjin Shipping dan Hyundai Merchant.
Selama bertahun-tahun, industri pelayaran memang dihantui banyaknya jumlah kapal. Tak hanya itu, tarif angkutan juga menurun. Karena itu, upaya konsolidasi industri tersebut sangat dibutuhkan. Hal ini guna menekan perlambatan perdagangan global.
"Maersk dihadapkan pada persaingan yang ketat," ujar Kerstens. Apalagi ada banyak merger yang telah terbukti berhasil tumbuh. Maersk Line selama satu dekade belum pernah membuat akuisisi besar.
Analis Drewry Financial Research Services Ltd Rahul Kapoor mengatakan, Maersk berpotensi membeli kapal milik Hanjin Shipping ketimbang harus membeli seluruh perusahaan yang tengah bangkrut. VesselsValue memproyeksikan, kapal kontainer milik Hanjin seharga US$ 1,4 miliar.
Hyundai Merchant memiliki pangsa pasar 2% di pasar global. Sementara Hanjin Shipping menguasai 3% di pasar global. Sedangkan Maersk Line menggenggam 15% pangsa pasar dari kapasitas kontainer dunia.
Saat ini, Maersk berada di urutan ketiga di pasar kawasan Trans Pasifik. Jika perusahaan ini merealisasikan pembelian saham Hanjin dan Hyundai maka pangsa pasar Maersk akan tumbuh dua digit. "Maersk akan menarik untuk melakukan akuisisi sebab bisa melengkapi jaringan pasar yang ada saat ini khususnya perdagangan Trans Pasifik. Apalagi pada saat ini posisi Maersk di Trans Pasifik sangat lemah," jelas Kerstens.