Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - KOPENHAGEN. Gangguan di jalur lalu lintas pengiriman peti kemas di Laut Merah semakin meningkat dan diperkirakan akan mengurangi kapasitas industri antara Timur Jauh dan Eropa sekitar 15%-20% pada kuartal kedua.
Maersk dan perusahaan pelayaran lainnya telah mengalihkan kapal di sekitar Tanjung Harapan Afrika sejak Desember untuk menghindari serangan militan Houthi yang bersekutu dengan Iran di Laut Merah, dengan waktu pelayaran yang lebih lama mendorong tarif angkutan lebih tinggi.
Baca Juga: Drone Canggih AS MQ-9 Reaper Seharga Setengah Triliun, Ditembak Jatuh Houthi Yaman
“Zona risiko telah meluas, dan serangan semakin meluas ke luar negeri,” kata Maersk dalam peringatan terbarunya kepada pelanggan pada hari Senin (6/5).
“Hal ini memaksa kapal kami untuk memperpanjang perjalanannya, sehingga mengakibatkan tambahan waktu dan biaya untuk mengantarkan kargo Anda ke tujuannya untuk sementara waktu,” tambahnya.
Perusahaan Denmark, yang dipandang sebagai barometer perdagangan dunia, pekan lalu mengatakan bahwa gangguan pengiriman akibat serangan Laut Merah diperkirakan akan berlangsung setidaknya hingga akhir tahun ini.
Dampak yang terjadi antara lain kemacetan dan apa yang disebut dengan pengelompokan kapal, yaitu beberapa kapal tiba di pelabuhan pada waktu yang bersamaan, serta kekurangan peralatan dan kapasitas.
Baca Juga: Houthi Kembali Beraksi, Giliran Kapal Inggris dan Israel Menjadi Sasaran Rudal
“Kami melakukan apa yang kami bisa untuk meningkatkan keandalan, termasuk berlayar lebih cepat dan menambah kapasitas,” kata Maersk, seraya menambahkan bahwa pihaknya sejauh ini telah menyewa lebih dari 125.000 kontainer tambahan.
“Kami telah menambah kapasitas, jika memungkinkan, sejalan dengan kebutuhan pelanggan kami,” kata perusahaan itu.