Sumber: Dow Jones, AFP |
KUALA LUMPUR. Pemerintah Malaysia membikin skema untuk memberi pelatihan bagi orang-orang lokal sebagai pembantu rumah tangga untuk mengurangi ketergantungan terhadap pekerja dari luar Malaysia. Sayangnya, skema ini gagal lantaran majikan emoh mengupah pembantu dengan ongkos yang tinggi.
Tahun lalu, pemerintah merilis kursus untuk menciptakan "home manager". Mereka bisa menggaet tak kurang dari 2.000 ringgit atau setara dengan US$ 567 per bulan. Upah ini empat kali lebih besar dari yang biasanya dibayarkan oleh majikan Malaysia untuk pelayan dari Indonesia.
Namun, organisasi yang menyelenggarakan pelatihan ini, Institut Karisma bilang pada News Straits Times bahwa dari enam kali pelatihan yang telah digelar; para majikan menolak upah yang harus mereka bayarkan untuk mempekerjakan "home manager" ini. Bagi majikan ini, 2.000 ringgit terbilang tinggi.
"Saya mendapatkan beberapa permintaan untuk "home manager", namun majikan hanya bersedia untuk membayar 400 ringgit saja," kata Shah Amirudin Idris, Manager Institut Karisma.
Menurut Shah, meski level "home manager" lebih tinggi ketimbang pelayan biasa, namun para majikan ini melihat pekerjaan home manager tak ubahnya dengan pembantu biasa.
Sementara itu, Menteri Tenaga Kerja Maznah Mazlan mengatakan pada parlemen kemarin bahwa pengupahan (yang tinggi-red) dan kondisi akan menjadi dorongan bagi warga lokal untuk bekerja sebagai pelayan.
Sebuah media lokal di Malaysia mengatakan, hanya 6,7% orang Malaysia yang bersedia untuk membayar lebih dari 700 ringgit per bulan untuk mengupahi pembantu rumah tangga. Sementara itu, rumah tangga Malaysia mempekerjakan tak kurang dari 320.000 pembantu yang diusung dari Indonesia, Filipina, Kamboja dan Sri Lanka.
Minggu lalu, pemerintah Indonesia menegaskan bakal menghentikan kiriman tenaga kerjanya ke Malaysia lantaran si majikan Malaysia melakukan tindak kekerasan terhadap pelayannya.