Sumber: The Star | Editor: Sanny Cicilia
PETALING JAYA. Sebanyak 20.000 karyawan Malaysia Airlines (MAS) kini gundah gulana. Perusahaan maskapai Negeri Jiran ini akan memangkas seluruh karyawannya, lalu memilih dua pertiga di antara mereka untuk diangkat kembali dengan kontrak baru.
Total, sekitar 6.000-8000 karyawan Malaysia Air nantinya akan diberhentikan. Ini merupakan salah satu upaya restrukturisasi Malaysia Air menjadi perusahaan yang lebih ramping.
Sementara restrukturisasi berjalan, Christoph Mueller, Chief Executive Officer Malaysia Airlines mengatakan, maskapai ini akan beroperasi seperti biasa. "Semua penerbangan MAS, jadwal, dan pemesanan beroperasi secara normal," kata Mueller, dikutip The Star.
Pernyataan ini datang setelah induk MAS yaitu Khazanah Nasional Bhd menunjuk Chairman Pricewaterhouse Coopers Datuk Mohammad Faiz Azmi sebagai administrator restrukturisasi MAS, dan mentransformasikan menjadi perusahaan baru MAS Bhd.
Transfer aset dan kewajiban dari MAS menjadi MAS Bdh akan rampung pada 1 September mendatang. Mueller meyakinkan, perpindahan aset ini tidak akan berpengaruh pada operasional dan penerbangan sehari-hari.
Malaysia Airlines menghadapi masa sulit setelah terjadi dua kejadian nahas yaitu hilangnya penerbangan MH370 pada Maret 2014 dan penembakan terhadap MH17 di Ukraina pada Juli 2014.
Namun, sebelum kejadian tersebut, Malaysia Airlines juga sudah tertatih-tatih dan bergantung pada bantuan finansial dari pemerintah. Perusahaan ini sudah tidak mencatat untung sejak tahun 2008. Di akhir tahun 2014, MAS hengkang dari bursa Malaysia.