Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SINGAPURA. Mata uang Asia hari ini bergerak variatif. Ada yang perkasa, ada yang keok, ada pula yang tak mengalami perubahan.
Keperkasaan mata uang di kawasan regional dipimpin oleh rupiah dan baht Thailand. Kondisi ini terjadi setelah adanya data dari Amerika Serikat (AS) dan Australia yang menambah data kalau perekonomian global akan semakin membaik, sehingga investor memiliki kepercayaan yang tinggi untuk membeli aset-aset emerging market.
Rupiah mengalami penguatan yang paling besar pada kuartal pertama dan menjadi mata uang dengan performa terbaik di Asia.
“Banyak pihak yang memprediksi, pertumbuhan ekonomi global tidak lagi memburuk. Hal itu yang kemudian menyebabkan bullish bagi mata uang Asia karena banyaknya dana yang mengalir ke Asia,” jelas Thomas Harr, Senior Currency Strategist Standard Chartered Plc di Singapura.
Pada pukul 09.33 waktu Jakarta, rupiah menguat 0,3% menjadi 10.230 per dolar. Dengan demikian, sepanjang kuartal ini, rupiah sudah perkasa 13%. Sementara baht juga mengalami hal serupa dengan penguatan 0,3% ke level 34,03, yang merupakan posisi paling kuat sejak 15 Oktober lalu.
Sejumlah mata uang Asia lainnya juga mengalami penguatan hari ini. Salah satunya yakni dolar Taiwan yang perkasa 0,2% menjadi NT$ 32,455.
Meski demikian, ada pula yang mengalami pelemahan dan tidak mengalami perubahan. Beberapa diantaranya yakni: ringgit Malaysia keok 0,1% menjadi 3,4884, dolar Singapura tak banyak mengalami perubahan di posisi S$ 1,4385, yuan China di posisi 6,8290 dan dong Vietnam di posisi 17.788.